Tarbiyah Islamiyah merupakan sistem pendidikan yang komprehensif untuk menyiapkan manusia yang utuh secara diniyah dan duniawiyah. Semua itu berlandaskan pada al-Qur’an dan as-Sunnah.
Keutuhannya dapat dilihat dari aspek yang menjadi perhatian dan titik tekan Tarbiyah Islamiyah itu sendiri, berupa pengembangan pribadi dari semua aspek. Mulai dari aspek spiritual, intelektual, emosional, fisik dan kepribadian sosial, serta pembentukan perilaku manusia berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam.
Inilah jawaban jelas mengapa Tarbiyah Islamiyah mengharuskan upaya berkelanjutan dalam pembinaan pribadi Muslim. Harapannya dapat menjadi manusia yang beriman kepada Allah SWT, sadar sepenuhnya bahwa dirinya diciptakan untuk mengabdi hanya kepada-Nya.
Melahirkan manusia yang beriman tidak bisa tidak harus dimulai dengan upaya menanamkan aqidah dan tauhid bahwa Allah itu Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Kemudian menanamkan kesadaran ber-Islam kepada setiap individu agar bertaqwa kepada Allah dan menyadari pengawasan-Nya.
Taqwa artinya sosok yang siap menunaikan ibadah dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Sosok yang berakhlaq mulia. Dengan demikian, dia berperilaku Islami sehingga mampu mendakwahkan Islam kepada segenap umat manusia. Di sinilah peran pentingnya tarbiyah ruhiyah, yakni pembinaan dari aspek spiritual dan moral.
Oleh karena itu, penanaman aqidah dalam Tarbiyah Islamiyah adalah kunci bagi lahirnya manusia yang utuh dan berkualitas dengan menerapkan metodologi pembacaan yang mendalam atas dasar iman.
Itulah salah satu rahasia mengapa Surat al-‘Alaq ayat 1-5 menjadi wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ. Wahyu pertama itulah yang melahirkan kesadaran bertauhid sebagai landasan utama ber-Islam, hingga akhirnya membuahkan akhlaq mulia dan perilaku yang terpuji. Disusul dengan hadirnya adab dan etika Islam dalam kehidupan setiap individu Muslim.
Pada Surat al-Qalam sebagai wahyu yang kedua, kita dapati ayat:TEKS ARAB
“Dan sesungguhnya kamu (wahai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (ayat 4).
Selanjutnya, Rasulullah ﷺ menegaskan dengan sabdanya:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq.” (Riwayat Baihaqi).
Peran Strategis
Selain aspek di atas, Tarbiyah Islamiyah juga menanamkan kesadaran bahwa Allah SWT mengangkat manusia menjadi khalifah di muka bumi ini untuk memakmurkannya. Pada saat yang sama, mereka juga diperintahkan untuk mencegah terjadinya kerusakan. Semua itu dapat dicapai jika ada spirit konsisten di atas kebenaran serta berkomitmen mentaati perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya.
Dalam rangka mengemban tugas kekhalifahan dengan misi menghadirkan kemakmuran, manusia perlu dibekali ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi. Tujuannya agar pengelolaan seluruh sumber daya yang ada di muka bumi ini dapat mendatangkan manfaat dan maslahat bagi umat manusia.
Ilmu, sains, dan teknologi dalam Islam adalah satu kesatuan dalam konsep wahyu. Hal itu dapat melahirkan manusia yang tawadhu dan mampu menghadirkan maslahat besar bagi kehidupan.
Bukan sebaliknya, justru menjadi mafsadat dan mudharat bagi kehidupan umat manusia. Satu sisi sains teknologi berkembang pesat, namun di sisi lain, moral masyarakat jatuh dan terbelakang. Akibatnya, kemodernan yang dibanggakan sebagian orang ternyata justru menimbulkan masalah-masalah serius yang potensial mengoyak dan merobek tatanan peradaban umat manusia itu sendiri.
Di sinilah peran tarbiyah tsaqafiyah (aspek intelektual), tarbiyah ijtima’iyah (aspek sosial kemasyarakatan), dan tarbiyah qiyadiyah (aspek kepemimpinan). Tidak heran jika dimasa Nabi ﷺ semua lulusan Madrasah Madinah tampil sebagai sosok yang luar biasa, baik dalam akhlaq, ibadah, muamalah, dan kepeloporan dalam ragam temuan keilmuan dan dasar-dasar teknologi.
Dengan demikian, Tarbiyah Islamiyah adalah proses pembinaan untuk melahirkan pribadi-pribadi Muslim berkualitas berdasarkan Manhaj Nabawi. Oleh karena itu, tujuan tertinggi dari Tarbiyah Islamiyah adalah mengenalkan syariat Islam dan mengamalkannya demi tercapainya tujuan yang bersifat duniawi dan ukhrawi dalam rangka menghadirkan kehidupan dunia yang makmur, adil, dan berperadaban.
Tarbiyah Islamiyah tidak menghendaki –dan memang demikian fakta sejarahnya– lahirnya manusia yang cakap secara intelektual namun rapuh secara spiritual. Manusia semacam ini akan menjadi kurang adab dan mengalami kejiwaan yang terbelah (split personality).
Pada saat yang sama, Tarbiyah Islamiyah juga melahirkan mental siap tandang ke gelanggang membawa risalah Islam dengan dakwah dan tarbiyah. Pengalaman yang begitu indah dan nikmatnya ajaran Islam ini dapat terus ditransformasikan dalam kehidupan umat manusia, sehingga cahaya Islam kian hari kian mencerahkan seluruh penduduk bumi.
Hal seperti itulah yang dulu dilakukan di masa Rasulullah ﷺ. Setiap Sahabat yang telah melalui proses Tarbiyah Islamiyah segera tandang ke medan dakwah, menyampaikan risalah Islam dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Allahu a’lam.
Penulis: Ustadz Dr. Nashirul Haq, Lc, MA (Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah)
*Tulisan ini terbit di Majalah Suara Hidayatullah edisi April 2020