-6 C
New York
Selasa, Januari 21, 2025

Buy now

spot_img

Tantangan Dakwah Hari ini

Seorang da’i semestinya mampu merasakan nikmatnya hidup ber-Islam, meski mungkin tampak kekurangan di mata sebagian orang. Nikmat itu kemudian melahirkan keterpanggilan untuk mengajak orang lain agar merasakan indahnya hidayah.

Da’i tersebut merasa kasihan melihat saudara-saudaranya yang jungkir balik karena ingin mencicipi bahagia hidup di dunia. Apa daya, maksud hati ingin bahagia, tapi justru meninggalkan shalat dan abai terhadap ibadah lainnya.

Seakan sang da’i berbicara, “Wahai saudaraku, rasakan bahwa Allah betul-betul ada, bukan sekadar berita dan informasi saja. Eksistensi Allah Yang Mahakuasa sungguh terasa begitu kental dalam ibadah shalat, wirid, dan doa kepada-Nya.”

Dia merasa sayang jika kenikmatan ini hanya dirasakan oleh dirinya seorang atau orang tertentu saja. Itulah sebabnya, dia ingin mengajak orang lain merasakan kenikmatan ini.

Andaikata ditawarkan kepada sang da’i, apakah kenikmatan itu mau ditukar dengan kenikmatan sebagai pejabat yang kaya harta? Niscaya dia tak akan mau walau sesaat.

Sejak awal, para Nabi dan Rasul pun tidak pernah mau menukar dengan apapun dalam urusan dakwah ini. Juga tidak meminta upah berapapun, karena ia yakin upahnya hanya mampu diganjar oleh Allah SWT saja.

“Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya).” (Yunus [10]: 72).

“Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.” (asy-Syu’ara [26]: 109).

“Katakanlah (Muhammad): Aku tidak meminta imbalan sedikit pun kepadamu atasnya (dakwahku); dan aku bukanlah termasuk orang yang mengada-ada.” (Shad [38]: 86).

Ini bukan sekadar slogan kosong. Namun ia memang yakin seyakin-yakinnya, ada jaminan yang lebih layak dan lebih hebat dari Allah Penguasa langit dan bumi.

Meluruskan Niat

Banyak wali Allah di zaman generasi terbaik terdahulu dan para ulama yang menceritakan kejadian-kejadian luar biasa, sebagai bukti bahwa memang Allah SWT begitu dekat dengan orang yang yakin pada-Nya. Tidak mudah memang. Proses ini begitu melelahkan dan sulit dilewati.

Orang harus berpayah-payah untuk lolos sebelum bisa merasakan kenikmatan yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. Namun ini hendaknya diterus dicoba dan dirasakan berulang-ulang. Seluruh instrumen dan anggota tubuh harus turut berbicara dan mendukung sikap mental dalam berdakwah. Itulah yang memancar dan bersinar di wajah para da’i.

Dengan demikian, tak perlu pucat dan keringat dingin hanya gara-gara panitia lupa menitipkan amplop, misalnya. Tidak usah menoleh-noleh sambil sebentar-sebentar bergumam dongkol dalam hati, jangan-jangan lupa ini panitia. Tak perlu seperti itu.

Dia sudah yakin, semakin tidak diberi, semakin banyak pula yang Allah SWT berikan nanti dalam bentuk yang lain. Bisa saja, saat pulang ke rumah, ternyata istri langsung menyambut lebih ramah daripada biasanya. Ada senyuman anak-anak yang shalih/shalihah. Itu sudah cukup untuk menghibur hatinya sepulang dari berdakwah.

Jika sikap mental demikian tertanam pada setiap da’i, niscaya tak ada lagi yang perlu dikeluhkan. Mungkin ada yang menganggap ini terlalu remeh dan sederhana. Tapi nyatanya hal ini tak boleh diremehkan, agar ketulusan berdakwah tak ternoda oleh niat yang bisa merusak.

Lebih jauh, niat yang tidak tepat bahkan bisa merusak aqidah. Jika itu terjadi, maka tunggulah, dakwah berubah menjadi lahan bisnis yang diperebutkan. Ada lahan “basah”, ada juga yang dianggap “kering”. Kadang merasa untung, tapi seringkali ia merasa rugi.

Hal tersebut bisa muncul jika sejak awal tidak bersangka baik kepada Allah SWT. Mestinya harus senantiasa berhusnuzhan, bagaimanapun pahitnya keadaan yang menimpa.

Strategi Jitu

Dakwah adalah pekerjaan terbaik dan amalan mulia yang diakui secara khusus oleh Allah SWT. Maka logikanya, tidak mungkin pahit melulu. Justru di balik kepahitan itu ada hiburan yang sangat manis yang telah Allah siapkan.

Dakwah adalah pekerjaan yang terpuji dan disanjung Allah SWT. Inilah lanjutan pekerjaan dari para Nabi dan Rasul. Apa-apa yang pernah diperoleh oleh orang-orang mulia tersebut kelak akan dirasakan, sepanjang niat kita terjaga ikhlasnya dan berorientasi murni karena Allah SWT.

Inilah sesungguhnya tantangan dakwah hari ini. Bagaimana meningkatkan kualitas dan kapasitas kerja dalam melaksanakan perintah Allah SWT, yang misinya rahmat bagi seluruh alam dan seruannya mencakup segenap manusia.

Dibutuhkan strategi yang jitu dan penampilan yang makin elegan lagi ciamik, sebab tantangan dakwah hari ini dan yang akan datang tidak lagi sama dengan dahulu. Perlu terobosan yang inovatif dan lebih kreatif lagi. Tentu yang paling penting adalah keyakinan kepada Allah SWT dan keikhlasan, ini yang tidak boleh berubah sedikitpun.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi satu keharusan. Jangan terlena dengan kisah kejayaan Islam di masa lalu. Kondisi hari ini mestinya menjadi bahan evaluasi, mengapa terjadi penurunan kualitas? Kenapa dakwah seperti tidak diminati oleh generasi muda? Adakah faktor kesejahteraan ikut mempengaruhi keyakinan para da’i?

Disadari, ada sebagian manusia yang hari-harinya terbelit dengan persoalan ekonomi. Hampir-hampir otaknya seperti tak mampu lagi berpikir untuk mencari solusi alternatif atau peluang-peluang yang lain. Ini juga tantangan dakwah.

Dakwah yang benar adalah yang menyentuh pada perbaikan seluruh aspek kehidupan manusia. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, mulai dari ucapan, tulisan, hingga tindakan dan keteladanan. Di sinilah indahnya syariat Islam.

Tulisan ini terbit di Majalah Suara Hidayatullah edisi April 2022

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
22,200PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles