Syarat Meraih dan Mendapat Cinta Allah–Cinta juga merupakan fitrah alami manusia. Ia merupakan perasaan paling penting sebagai pribadi. Bisa mengarahkan seseorang melampaui keterbatasannya. Tanpa cinta, seseorang berada dalam kondisi yang hampa. Ibnu Hazm, menyebut cinta sebagai suatu naluri atau insting yang menggelayuti perasaan seseorang terhadap orang yang dicintainya.
Islam sebagai agama yang membawa rahmat Allah SWT menghargai adanya cinta. Ia adalah limpahan kasih sayang Allah kepada seluruh makhluknya dengan segala kesempurnaan.
Dalam kehidupan, cinta banyak memberikan inspirasi dan pengorbanan. Namun di sisi lain juga kadang membawa kesengsaraan. Karena itu cinta yang hakiki hanya milik Allah SWT karena Dia lah yang maha sempurna dan maha pemilik cinta.
Beruntunglah orang yang bisa mencintai dan dicintai Allah. Orang yang berada dalam kondisi seperti ini akan mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Sebagaimana firman Allah SWT berikut yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.”” (Al-Maidah [5]:54)
Makna Ayat
Menurut Syaikh Wahbah az-Zuhaili, ayat ini sebagai pemberitahuan Allah terhadap sesuatu yang mungkin terjadi. Hal ini bisa dilhat sebagaimana murtadnya orang-orang yang sudah masuk Islam setelah Nabi Muhammad wafat sehingga mereka diperangi oleh Abu Bakar Ash Shiddiq. Sebelum terjadi perbuatan itu (murtad), Allah mengingatkan dalam ayat ini agar mereka jangan sampai kembali kafir. Di samping itu, yang demikian tidaklah merugikan Allah sedikit pun, bahkan Allah akan mendatangkan pengganti mereka, yaitu orang-orang yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah. Sesungguhnya cinta Allah kepada hamba merupakan nikmat yang paling besar dan keutamaan yang paling utama yang Allah berikan kepada hamba. Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan memudahkan semua sebab baginya, memudahkan yang susah, memberinya taufik untuk mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran dan menjadikan manusia cinta kepadanya. ) (Tafsir Al-Wajiz , hal. 118)
Sedang menurut Ibnu Katsir , ayat ini mengabarkan kekuaasaan Allah yang Mahaagung, bahwasanya barangsiapa yang berpaling dari membela agama-Nya dan menegakkan syari’at-Nya, Allah akan menggantinya dengan orang yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih lurus jalannya. Hal ini Allah tegaskan dalam surat Muhammad ayat 38.
Sedangkan pada surat ini, yang dimaksud, “barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya”, yaitu berpaling dari kebenaran menuju kepada kebatilan.
Muhammad bin Ka’ab menjelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan para pemimpin dari kalangan kaum Quraisy. Sedang Al-Hasan al-Bashri mengatakan bahwa ayat ini berkenaan dengan orang-orang murtad yang ada pada masa Abu Bakar. Kemudian Allah mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya. Al-Hasan al-Bashri mengatakan: “Demi Allah, mereka adalah Abu Bakar dan para Sahabatnya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim).
Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, ia pernah mendengar Abu Bakar ibnu Ayyasy berkata sehubungan dengan firman-Nya: maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. (Al-Maidah: 54); Mereka adalah penduduk Qadisiyah. Sedangkan menurut Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid, mereka adalah suatu kaum dari negeri Saba. (Tafsir Quranul Adhim, 3/135).
Ibnu Abi Hatim mengatakan dari Abu Musa al-Asy’ari, ia berkata berkaitan ayat ini Rasulullah saw. bersabda: ‘Mereka itu adalah kaum ini.’” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir)
Syarat Mendapat dan Meraih Cinta Allah
Para ulama menjelaskan, syarat agar dicintai Allah antara lain harus mengikuti Rasulullah baik zahir maupun batin. Membaca Al Qur’an dengan mentadabburi dan memahami maknanya. Melakukan amalan sunnah setelah amalan wajib. Selalu berdzikir kepada Allah. Mendahulukan apa yang dicintai Allah apabila dihadapkan dua hal yang dicintainya.
Kemudian berdasarkan ayat ini, syarat dicintai Allah yaitu bersikap lemah lembut kepada kaum mukmin dan bersikap keras kepada orang-orang kafir. Bersikap lemah lembuat kepada kaum Muslimin maksudnya tawadhu kepada mereka. Sedang bersikap keras kepada kaum kafir maksdunya tidak menyetujui kekafirannya. Namun demikian, sikap keras terhadap orang-orang kafir tidak menghalangi mendakwahi mereka dengan cara yang baik.
Orang beriman lebih mendahulukan ridha Allah dan celaan-Nya daripada celaan orang yang mencela. Hal ini menunjukkan kuatnya pendirian dan tekad mereka. Adapun orang yang lemah hatinya, lemah pula pendiriannya. Semangatnya mengendor, pendiriannya lemah dan tekadnya menciut ketika dicela. Hal ini menunjukkan bahwa dalam hati mereka terdapat peribadatan kepada selain Allah sesuai keadaan hatinya yang memperhatikan perasaan makhluk. Mereka mendahulukan keridhaan manusia dan takut celaan mereka. Oleh karena itu, seorang hamba belum lepas dari peribadatan kepada selain Allah, sampai ia tidak takut celaan orang yang mencela dalam menjalankan agama Allah. (Bahrul Ulum/Suara Hidayatullah)