Senarai Kiprah Hidayatullah di Nusantara

0
591

“Kiprah Hidayatullah di negeri ini tak perlu diragukan lagi”

Para da’i Hidayatullah “ditembakkan” dari Balikpapan ke berbagai pelosok Nusantara. Sasaran tembaknya mulai dari kota-kota besar hingga kawasan terpencil dan pedalaman.

Menurut Ir. Candra Kurnianto, Sekjen Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, saat ini sebaran dakwah Hidayatullah telah berada di 34 provinsi, yang disebut sebagai Dewan Pengurus Wilayah (DPW), dan ada di 374 kabupaten/kota atau disebut sebagai Dewan Pengurus Daerah (DPD). Adapun pesantrennya telah ada di 620 lokasi.

Selain itu, organisasi ini juga digerakkan oleh 431 Dewan Pengurus Cabang (DPC). Di beberapa daerah sudah ada pengurus tingkat ranting yang jumlahnya terus berkembang.

Kiprah Pendidikan

Di bidang pendidikan, para kader mengelola lembaga mulai jenjang pra-sekolah atau baby care (penitipan bayi), Kelompok Bermain, dan Taman Kanak-kanak. Jenjang ini dikelola oleh Muslimat Hidayatullah (Mushida) dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah telah tersebar di lebih dari 300 lokasi. Jenjang SD kebanyakan menerapkan pola full day school, sedangkan SMP/MTs – SMA/SMK/MA-nya boarding school (berasrama) dengan sistem manajemen pesantren modern.

Para da’i juga mengelola Perguruan Tinggi, antara lain Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Balikpapan, Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim (STAIL) Surabaya, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Depok, Sekolah Tinggi Teknologi Malang (STIKMA), Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Batam, Institut Agama Islam Abdullah Said (IAIAS) Batam, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) al-Bayan Makassar. Lulusannya langsung diterjunkan ke medan dakwah di berbagai daerah.

Pelayanan Umat

Penghimpunan dan pemberdayaan dana zakat, infaq, sedekah, dan hibah menjadi bidang garap Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Lembaga amil zakat nasional ini telah hadir di 30 provinsi dengan unit penghimpunan sebanyak 97 lokasi.

Kiprah beragam program BMH sejauh ini telah membantu 387 pesantren, 6.213 da’i di seluruh Nusantara, ribuan keluarga dhuafa, dan ribuan anak usia sekolah. BMH juga berulangkali mendapat penghargaan dari Pemerintah RI sebagai lembaga amil zakat terbaik.

Bidang wakaf juga menjadi perhatian Hidayatullah. Dibentuklah Baitul Wakaf, yang bergerak secara khusus sebagai pengelola dana wakaf yang produktif, amanah, dan profesional. Saat ini Baitul Wakaf sudah mengembangkan layanan digital sehingga memudahkan masyarakat dalam berwakaf.

Di bidang kesehatan, Hidayatullah membentuk Islamic Medical Service (IMS) atau Layanan Kesehatan Islam. Program utamanya adalah memberi layanan tanggap darurat (emergency), khususnya ketika terjadi bencana. Program lainnya adalah bakti sosial, dompet taawun, ambulans gratis, layanan hapus tato, dan mendirikan klinik-klinik sosial untuk kalangan miskin.

Dalam aksinya di daerah bencana, relawan IMS banyak bersinergi dengan Search And Rescue (SAR) Hidayatullah. Para relawan SAR Hidayatullah telah berkiprah di berbagai wilayah bencana sejak sebelum ditetapkan sebagai lembaga resmi oleh pemerintah pada tahun 2009.

Karena suatu hal, kadang kiprah para da’i tersandung kasus hukum. Itulah sebabnya didirikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Hidayatullah, guna mendampingi para da’i. Lembaga ini telah memiliki cabang di tujuh provinsi.

Media Dakwah

Ketika berkiprah di berbagai daerah, para da’i Hidayatullah tak memiliki bekal yang memadai. Salah satu “senjata” andalannya adalah Majalah Suara Hidayatullah. Dengan media ini, para da’i lebih mudah untuk melakukan ta’aruf (perkenalan), silaturrahim, dan mengenalkan berbagai program lembaga.

Saat ini Kelompok Media Hidayatullah (KMH) juga mengembangkan situs berita, berbagai produk majalah, lembar Jum’at, video channel, radio, hingga percetakan dan penerbitan.

Para da’i harus terus ditingkatkan kapasitas keilmuan dan keterampilan dakwahnya. Lahirlah lembaga Persaudaraan Da’i Indonesia (Posdai), yang bertugas mengembangkan dan menyiapkan kebutuhan da’i yang siap bertugas dakwah di daerah-daerah terpelosok, terpencil, tertinggal, dan minoritas.

Hidayatullah juga merangkul masyarakat luas untuk turut berkiprah dalam aktivitas dakwah. Salah satunya melalui Rumah Qur’an Hidayatullah (RQH).

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pendidikan al-Qur’an serta ilmu diniyah dan akhlaq. Dalam waktu relatif singkat, RQH berkembang pesat karena tingginya sambutan dan antusiasme masyarakat.

Pemberdayaan Ekonomi

Bidang ekonomi tak lupa menjadi perhatian tersendiri. Misalnya, para da’i dan santri Hidayatullah di area Jawa Timur mendirikan Koperasi Sakinah. Usahanya berkembang amat baik hingga memiliki supermarket dan minimarket di berbagai kota.

Koperasi yang pernah memperoleh penghargaan dari Kementerian Koperasi dan UKM ini menerapkan pola kerjasama dengan skema mandiri dan kemitraan. Pola kemitraan dilakukan dengan dua bentuk, yaitu sistem mudharabah (kerja sama operasional) dan sistem musyarakah (kerja sama operasional dan permodalan).

Secara nasional, koperasi para da’i dan santri diwadahi dalam Induk Koperasi Hidayatullah (Inkophida). Saat ini Inkophida telah memiliki 9 Pusat Koperasi Hidayatullah (Puskophida) di tingkat provinsi dan 142 Koperasi Primer Hidayatullah (Kophida) di tingkat kabupaten/kota.

Dibentuk pula Baitut Tamwil Hidayatullah (BTH). Lembaga ini mensuport modal serta memobilisasi dana maupun usaha organisasi dan para kader yang telah banyak terlibat dalam dunia bisnis.

Pendirian BTH dilatari oleh maraknya rente yang terus menggurita di tengah masyarakat. Saat ini telah ada puluhan cabang di berbagai daerah, dan telah melayani ribuan anggota.

Itulah sebagian kecil dari program yang dijalankan oleh Hidayatullah selama ini. Kiprahnya nyata dan telah dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat.

Atas beragam kiprah semacam itu, Ketua Dewan Syura al-Irsyad al-Islamiyah, KH. Abdullah Jaidi, mengatakan, “Kiprah Hidayatullah di negeri ini sudah tak perlu diragukan lagi.”

Salah satu Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini berharap agar Hidayatullah terus menjalin kerjasama dengan berbagai ormas dalam memikirkan permasalahan umat dan bangsa.

Tulisan ini terbit di Majalah Suara Hidayatullah edisi September 2021.