21.4 C
New York
Sabtu, September 14, 2024

Buy now

spot_img

Mengenal Sosok Inspiratif Saptuari Sugiharto, Pengusaha Muslim dari Yogyakarta

Inspiratif. Kata ini barangkali cukup menggambarkan sosok Saptuari Sugiharto (41 tahun). Yatim sejak kecil. Miskin. Membiayai sendiri kuliahnya. Lalu menggeluti bisnis dengan merangkak dari bawah. Berhasil. Terjerat riba. Terhempas. Kemudian bangkit dari titik nol.

saptuari sugiarto
Source: Genpi

Berbagai  pengalamannya itu, ia tulis di webblog dan facebook-nya. Ribuan yang mengakses. Ia tuangkan juga ke dalam buku. Hampir semuanya laris manis. Terutama bukunya berjudul Kembali Ke Titik Nol. “Cetak 80 ribu eksemplar,” katanya. Masih ada 11 judul lainnya. Juga laris.

Tak hanya lewat buku, peraih berbagai penghargaan dalam bidang kewirausahaan ini, juga menyampaikan pengalamannya lewat seminar dan pelatihan. “Hampir 1.000 seminar dan pelatihan yang pernah saya isi,” kata bos perusahaan  merchandise Kedai Digital dan Jogist ini.

Satu lagi usaha yang ditekuni alumni Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada (UGM) jurusan Perencanaan Pengembangan Wilayah ini. Yakni, kuliner tengkleng Ho Ah. Semua bisnisnya ada di Yogyakarta.

Selain bisnis, Saptu, demikian akrab dipanggil, juga aktif dalam bidang sosial dakwah. Ia mendirikan komunitas Sedekah Rombongan pada 2011. Tahun 2016, lembaga ini telah memberikan 21 ribu santunan senilai Rp 41 milyar. Juga punya 27 ambulance di 22 kota, 12 rumah singgah, dan lebih dari 300 relawan.

Shohibul Lathif, Sang Pencetak Dai

Kepada Bambang S. dan Sirajuddin dari majalah Suara Hidayatullah, Saptuari Sugiharto membeberkan pengalamannya terjerat riba dan cara keluar dari jeratan tersebut. Wawancara berlangsung di kediamannya yang asri di sebuah perumahan di Yogya awal Maret lalu. Berikut petikannya:

Apa sih arti sukses buat Anda?

Saya sering ditanya sukses atau belum. Saya jawab belum. Sukses sebenarnya bila kita sudah ada di depan pintu surga dan diijinkan untuk masuk. Itu baru namanya sukses.

Sukses di dunia masih semu. Punya mobil, rumah, perusahaan. Semua itu sifatnya dunia. Jangan pernah puas dengan itu semua, karena bersifat sementara. Suatu saat akan ditinggal, kecuali suatu yang bisa kita bawa ke akhirat, yaitu amal.

Tapi saya syukuri semua yang sudah saya peroleh, karena itu melalui proses yang panjang sejak 1998, kemudian hijrah pada 2015.

Sejak kapan Saptuari Sugiharto berbisnis?

Sejak kuliah tahun pertama di UGM, saya sudah berbisnis. Saya menjadi anak yatim sejak kecil. Ayah meninggal saat saya kelas 5 SD. Ibu jualan makanan kecil di pasar Lempuyang Yogya. Rumah berlantai tanah. Kalau sekolah naik sepeda 8 kilometer karena tidak punya motor. Jadi, saya ini anak yatim yang miskin. Karena itu, saat diterima kuliah di UGM saya harus mencari biaya sendiri. Malu minta ibu.

Sejak itulah saya punya mimpi besar, suatu saat saya bisa memberi manfaat kepada orang banyak. Saya yakin, suatu ikhtiar bila dilakukan di jalan Allah, akan menemukan banyak kemudahan.

Berbagai pekerjaan pernah dilakoni Saptu. Mulai dari menjadi penjaga toko, jualan ayam kampung, jaket, stiker, kaos, batik, sampai celana gunung. Juga menjadi guru privat, tour guide, bekerja di event organiser, dan marketing sebuah stasiun radio.

Karena sibuk mencari uang, kuliahnya menjadi keteteran. Lulus tahun 2004 dengan nilai pas-pasan. Waktu kuliah ditempuh selama 5 tahun 8 bulan. Tetapi hebatnya, tahun 2010 ia mendapat penghargaan UGM Alumni Award kategori Entreprenuer.

Berbagai pengalaman kerja itu mengasah insting bisnisnya. Tahun 2005, ia mencium sebuah peluang. Ia mendirikan perusahaan merchandise Kedai Digital.

Ia nekad menggadaikan sertifikat rumah orangtuanya senilai Rp 20 juta. Sebagian uang itu dipakai untuk menyewa tempat bekas kandang becak ukuran 2 x 7 meter. Berdinding triplek dan beratap seng.

Dengan suntikan dana dari bank, usahanya terus melejit. Cabangnya pernah mencapai 60 lebih di berbagai kota dengan karyawan ratusan. 

Apa faktor kunci hingga Anda sampai pada titik ini?

Suatu masalah bisa menjadi jalan kebaikan dan bisa juga menjadi jalan keburukan. Tergantung pilihan kita. Ada yang memilih jalan keburukan, sehingga ia tambah hancur. Ada orang memilih jalan seperti itu. Ia tidak menjadikan apa yang menimpa dirinya sebagai jalan taubat.

Tetapi ada yang menjadikan masa lalu yang mungkin suram, sebagai sebuah pelajaran. Nah, saya merasa terselamatkan pada momen-momen sulit itu.

Saya pernah 9 tahun berbisbis pakai uang riba. Kredit sana sini untuk beli mobil, bangun gedung, dan sebagainya. Hampir semuanya pakai uang bank. Waktu itu belum tahu hukum riba. Tapi, ada perasaan gelisah. Bisnis yang saya jalani seperti tidak ada berkahnya. Dapat duit hilang. Dapat duit hilang. Ada saja masalah.

Mulai dari kemalingan, ditipu karyawan, kecelakaan beruntun, sampai kebakaran. Perisitwa-peristiwa itu menjadikan saya berfikir, ada apa dengan saya. Kelihatannya punya aset, kantor ber-AC, cabangnya banyak, tetapi rekening tidak ada isinya. Malah sering minus.

Titik baliknya bagaimana?

Suatu saat, saya dipertemukan dengan Ustadz Syamsul Arifin dari Bogor lewat Twitter. Beliau sedang bahas riba. Saya kaget. Utang di bank ternyata riba.  Waktu beliau seminar riba di Yogya saya kejar. Pesertanya sedikit, sekitar 20 orang, tidak heboh seperti sekarang. Dia bilang ke saya, “Mas, tak ingin utangnya lunas?” Saya hitung-hitung, utang saya waktu itu Rp 2,1 milyar, baik yang riba maupun tidak. Tiap bulan kepala saya pusing karena harus memikirkan cicilan Rp 25 juta untuk bayar utang. Akhirnya saya sadar.

Pantas bisnis saya makin lama kian turun. Musibah terjadi secara beruntun. Hal-hal aneh terjadi pada keluarga saya. Doa-doa tak terjawab. Saya  yakin semua itu karena riba. Surat al-Baqarah ayat 278-279 bikin saya kaget.

Dalam ayat ini dinyatakan, orang yang terlibat dengan riba akan diperangi oleh Allah dan Rasulnya. Secara logika, tidak mungkin menang melawan Allah dan Rasulnya. Disrempetkan truk selesai. Bahasa kejamnya begitu.

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
22,000PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles