15.1 C
New York
Kamis, April 24, 2025

Buy now

spot_img

Perkuat Keimanan dari Rumah

“Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia jadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)-nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya) dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).” (an-Nahl [16]: 80).

Keinginan manusia untuk memiliki rumah setara dengan keinginan untuk mendapatkan makanan dan pakaian. Ini merupakan kebutuhan primer bagi semua manusia di semua zaman, mulai dari zaman batu hingga zaman yang disesaki teknologi maju.

Di zaman batu, manusia melubangi gunung untuk dijadikan rumah, atau menjadikan gua menjadi tempat keluarga berkumpul. Di zaman yang lebih maju, manusia membuat bangunan dengan batang kayu dan ranting pohon, daun-daunnya sebagai atap. Amat sederhana.

Di zaman yang lebih maju lagi, manusia yang mempunyai fitrah sebagai makhluk sosial lalu berhimpun, membuat koloni, maka jadilah perkampungan. Dari kampung kemudian lahir desa, kecamatan, kabubaten, dan seterusnya negara.

Ketika bertemu dengan teman, baik yang lama maupun baru dikenal, pertanyaan yang lazim adalah: tinggal dimana? Dalam kartu identitas, selain nama lengkap serta tempat dan tanggal lahir, yang wajib ada adalah alamat. Warga yang tinggal di pelosok perkampungan paling terpencil, terluar, dan tertinggal sekalipun, jika memiliki KTP wajib mencantumkan alamat rumah.

Rumah adalah tempat keluarga berkumpul untuk berbagi suka dan duka. Rumah adalah tempat istirahat dari kepenatan setelah bekerja keras. Rumah adalah tempat mengasihi istri di atas kasur.

Rumah adalah tempat yang paling aman bagi seorang hamba dari pandangan manusia lainnya. Rumah adalah tempat menyimpan segala rahasia. Rahasia di atas rahasia.

Bagi orang bertaqwa, rumah adalah tempat yang paling aman untuk melindungi diri dan anggota keluarga dari segala bentuk fitnah zaman yang semakin keras.

Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW tentang jalan keselamatan, beliau menjawab: “Kendalikan lidahmu, betahlah di rumahmu, dan menangislah karena kesalahanmu.” (Riwayat at-Tirmidzi).

Rumah bagi seorang Muslim adalah benteng paling kokoh untuk mempertahankan iman. Di dalam rumah itulah, aqidah dibangun. Ibu adalah madrasah pertama yang mengajarkan aqidah yang benar kepada anak-anaknya.

Di rumah pula, pendidikan karakter, sekolah integritas, dan universitas akhlaq didirikan. Tidak ada institusi pendidikan yang lebih baik melebihi keluarga.

Jika kita ingin bangsa ini beriman, berilmu, dan berakhlaq, maka rumah harus menjadi basis pendidikan. Melupakan fungsi rumah, sama halnya merusak bangsa.

Ketika umat Nabi Musa hidup dalam hegemoni Fir’aun, Allah memerintahkan agar menjadikan rumah sebagai basis perlawanan sekaligus pertahanan keimanan.

“Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya, ‘Ambillah beberapa rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan olehmu rumah-rumah itu tempat shalat, dan dirikanlah shalat serta gembirakanlah orang-orang yang beriman.” (Yunus [10]: 87).

Di zaman penuh fitnah seperti saat ini, perlu digaungkan kembali gerakan pulang ke rumah. Mari jadikan rumah sebagai benteng pertahanan iman, sekaligus basis pembangunan peradaban.

*Tulisan ini terbit di Majalah Suara Hidayatullah edisi Maret 2020

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
22,300PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles