Menjaga Pendengaran dan Penglihatan Anak–Seorang anak umur 7 tahun bercerita, ia di sekolahnya bermain benteng-bentengan. Saat pembagian kelompok, anak yang lari tercepat ke 1, 2, dan 3 ada dalam satu kelompok. Seorang temannya protes, “Ini tidak adil, masa 3 jago larinya berkumpul di satu kelompok!”
Karena yang ke 1 dan ke 2 tidak mau berpisah, maka anak pelari tercepat ke 3 mengalah. Saat perlombaan akan di-mulai, ia bercerita pada teman-teman-nya bahwa dalam film Nabi Daud yang ia lihat, pasukan yang sedikit bisa mengalahkan yang banyak. “Dengan per-tolongan Allah, pasukan yang lemah bisa mengalahkan yang kuat dan yang tidak jago bisa mengalahkan pasukan yang jago. Ayo, bismillah!”
Mendengar ucapan anak itu, teman-temanya menjadi semangat meskipun lawannya adalah kelompok pelari tercepat. Akhirnya terbukti mereka pun memenangkan pertandingan. Kata-kata tersebut ternyata bisa memoti-vasi si anak dan juga teman-temannya.
Kisah di atas menunjukan apa yang dilihat dan di-dengar sangat mempengaruhi pikiran anak-anak. Hal ini perlu kita renungkan, apa saja yang anak-anak lihat dan dengar dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Banyak orangtua juga guru tidak menyadari bahwa sel-sel otak, cara berpikir, karakter, dan kebiasaan anak dibangun oleh apa yang terindra.
Baca Jug : Yuk, Perbaiki Kesalahan Dengan Kebaikan, Bukan Dengan Cemohan.
Salah satu fenomena saat ini yang perlu dikritisi adalah kegiatan olahraga yang banyak dilakukan di sekolah dasar, yang mengiringinya dengan musik tidak mendidik. Kata-kata dari lagu-lagu yang mengiringi kegiatan senam itu sangat tidak pantas, seperti yang sedang popular belakangan ini, yang isinya tentang perselingkuhan. Banyak orang menganggap ketika mendengarkan musik hanya sebatas hiburan. Padahal, semua kata yang didengar akan membangun pola berpikir anak.
Karena itu, orangtua perlu menjaga lingkungan yang kondusif bagi pem-bangunan karakter anak melalui apa yang mereka lihat dan dengarkan. Seringkali di rumah-rumah tanpa sadar televisi terus menyala. Jika ada balita di sekitarnya, maka ia akan menyerap apa saja yang mereka dengar dan lihat, seperti spons atau tisu yang menyerap air, sangat mudah dan cepat. Sedang-kan sajian televisi baik iklan, nyanyian, sinetron, infotainment, juga berita kri-minalitas, seringkali tidak layak dide-ngar oleh anak-anak.
Banyak orangtua juga tidak menyadari saat membawa anak-anaknya ke arena bermain yang setting-nya kurang nyaman dan kurang mendidik, seperti suara yang beraneka ragam dengan volume yang tinggi, dan lampu redup beraneka warna. Jangan salah jika ia telah dewasa akan sering mendatangi tempat hiburan semacam diskotik.
Itulah mengapa saat belia Rasulullah tertidur ke-tika pernah diajak menonton hiburan di sebuah perhelatan. Allah Ta’ala telah menjaganya. Karena musik dan tampilan pada hiburan tersebut tentu tidak baik dilihat dan didengar oleh seorang manusia mulia seperti beliau.
Karena itu, ulama terkenal Al-Ghazali masih mengkhawatirkan anaknya saat akan berangkat ke masjid, karena beliau meyakini selama perjalanan ke masjid banyak hal yang bisa dilihat dan didengar sang anak yang dapat mempengaruhinya. Ayah-Bunda, bagaimana dengan kita?