Mengupas Fenomena Boneka Arwah

0
330

إنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَ الْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا   ۗ  اُولٰٓٮِٕكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

“Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke Neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk.” (QS. al-Bayyinah [98]: 6).

Muqadimah

Baru-baru ini sebagian masyarakat sedang gandrung mengadopsi boneka arwah (spirit doll). Tidak seperti boneka biasa, boneka ini dihargai sampai jutaan rupiah. Bahkan, beberapa diantaranya diisi arwah yang diklaim dapat mengerti perasaan si pengadopsi.

Boneka ini juga dipercaya mampu mendatangkan rezeki bagi para pengadopsi yang memperlakukannya seperti seorang bayi. Dan sebaliknya akan mendapatkan kesialan jika tidak merawatnya dengan baik.

Tentu saja kepercayaan semacam ini salah, bahkan bisa mengantarkan pelakunya kepada kesyirikan. Sebab itu, umat Islam hendaknya menjauhi hal itu. Karena jika sudah punya kepercayaan seperti itu taruhannya adalah keimanan. Kepercayaan tersebut bisa menyebabkan pelakunya menjadi musyrik.

Makna Ayat

Menurut Syaikh Imad Zuhair Hafidz, sikap dan kebebalan orang musyrik sudah jelas yaitu tetap menuruti hawa nafsu serta kerusakan aqidah mereka. Meskipun kabar yang ada dalam kitab telah nyata.

Akibat sikap seperti itu, mereka akan menjadi bahan bakar api neraka dan kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk bagi Allah SWT dan hanya akan mendatangkan keburukan serta gangguan bagi orang-orang beriman.

Mereka seperti itu karena tersesat setelah memperoleh sebab-sebab yang dapat mengantarkan mereka kepada hidayah. Para ahli kitab masuk neraka karena telah berpaling dari kitab-kitab mereka sebelum mengalami pengubahan. Sedangkan orang-orang musyrik masuk neraka karena mereka tersesat dari ajaran yang lurus, dan menjadikan berhala-berhala sebagai bagian dari ajaran itu. (Tafsir al-Madinah al-Munawwarah, hal. 788).

Menurut Syaikh Utsaimin, ahli kitab telah berbuat kekafiran karena tak mengikuti kitab yang Allah turunkan kepada mereka. Dan tidak pula mereka mengamalkan apa yang diperintahkan di dalamnya. Mereka adalah kaum Yahudi dan Nashrani. Dan kaum musyrikin adalah orang yang menyembah berhala, pohon-pohon, dan batu-batu. Termasuk juga api sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok Majusi.

Disebutkan “Ahli kitab” dan “Musyrikin” tanpa dipisahkan antara keduanya, dan sebagian da’i mengatakan jika ada perbedaan antara “Ahli kitab” dan “musyrikin” dari segi balasan. Ada perbedaan diantara keduanya dalam hal hukum syariat, tetapi dari segi balasan dan ganjaran tidak ada perbedaan antara mereka disisi Allah. Mereka semua adalah orang-orang kafir, mereka adalah penghuni neraka, padahal mereka adalah Ahli kitab. Tapi jika mereka tidak tunduk kepada perintah yang ada dalam kitab itu, maka mereka akan bersama para penghuni neraka.

Menurut Ibnu Katsir, Allah SWT menceritakan akibat yang dialami orang-orang durhaka dari kalangan orang-orang kafir Ahli Kitab dan orang-orang musyrik yang menentang kitab-kitab Allah dan menentang para rasul yang diutus-Nya.

Bahwa mereka kelak di hari kiamat dimasukkan ke neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya; mereka menjadi penghuni tetapnya, serta tak akan berpindah darinya dan tidak pula mereka lenyap darinya. Orang kafir dan musyrik adalah seburuk-buruk makhluk yang diciptakan Allah dan yang diadakan-Nya. (Tafsir Ibnu Katsir, 2020).

Berusaha Menjauhi Kesyirikan

Saat ini kesyirikan dengan variasinya tersebar di masyarakat. Pelakunya bisa orang dewasa maupun anak kecil. Bisa dilakukan oleh orang-orang terpelajar dan orang awam.

Syirik adalah keharaman yang paling buruk. Ia adalah perbuatan jelek serta dosa yang paling besar. Juga kemaksiatan yang paling keji dan kesalahan yang paling buruk. Siapa yang melakukan kesyirikan, kemudian wafat dalam keadaan belum bertaubat, maka wafatnya dalam keadaan kafir dan musyrik. Ia menjadi penghuni neraka dan akan kekal di dalamnya. Walaupun ia melaksanakan shalat dan puasa. Juga menunaikan zakat, haji, serta membaca al-Qur’an.

Syirik menghinakan kemuliaan dan menurunkan derajat serta martabat manusia. Sebab Allah SWT menjadikan manusia sebagai hamba-Nya di muka bumi ini. Dia memuliakannya, mengajarkan seluruh nama-nama, lalu menundukkan baginya apa yang ada di langit dan bumi. Allah SWT telah menjadikan manusia sebagai penguasa di jagad raya ini. Namun masih ada manusia yang menjadikan sebagian dari makhluk Allah sesembahan atau tempat meminta. Ini sama saja menghinakan diri kepadanya.

Sebab itu Allah SWT memerintahkan hamba-Nya menjauhi perbuatan syirik. Tidak boleh meyakini, bahwa ada selain Allah SWT yang dapat memberikan kebaikan dan menolak bahaya. Meminta pertolongan, perlindungan, maupun rezeki selain kepada-Nya.

Setiap orang beriman hendaknya selalu menjaga keimanannya agar tidak terjatuh pada kesyirikan. Nabi Ibrahim yang merupakan Nabi Ulul azmi sangat takut kalau diri dan anak keturunannya terjerumus ke dalam kesyirikan.

Allah SWT pun mengabadikan doa Nabi Ibrahim; “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia.” (QS. Ibrahim [14]: 35-36).

Sebesar-besar kenikmatan Allah kepada seorang hamba dalam kehidupan dunia ini adalah Dia selamatkan dari kesyirikan. Dan Dia jadikan sebagai ahli tauhid yang tidak memalingkan ibadah kepada selain-Nya. *Bahrul Ulum/Suara Hidayatullah

Tulisan ini terbit di Majalah Suara Hidayatullah edisi Februari 2022.