Kesaksian murtadin sebenarnya membohongi orang Kristen sendiri.
Mas Sugi Kristologi, demikian pria kelahiran Jawa Tengah ini biasa disapa. Sudah setahun lebih ia aktif membahas konten yang berisi kesaksian para murtadin di beberapa channel.
“Dari kesaksian itu, banyak sekali penipuan. Salah satunya ada yang mengaku mantan ustadz, tapi salah membaca surat Yasin. Semua itu saya bongkar dalam channel yang saya buat,” ungkap pemilik channel Salam Akal Sehat (SAS) ini.
“Kalau kita amati, kesaksian mereka justru berisi hujatan terhadap Islam, dan ini perlu diluruskan,” ulas Mas Sugi saat dihubungi Majalah Suara Hidayatullah melalui sambungan telepon.
Pemilik nama asli Sugiono ini menuturkan, semua hujatan itu bisa tampak dari kata-kata yang disampaikan oleh para murtadin, serta ketika membaca al-Qur’an.
“Mana mungkin yang tadinya guru ngaji, tapi bisa salah dalam mengaji?” ucapnya yang dianggap hal itu sangat tidak logis.
Mas Sugi curiga bahwa para murtadin itu memang orang Kristen sejak lahir atau orang Islam yang sengaja dipoles. “Kami mendapati memang ada yang murtad dari Islam, tapi ketika beragama Islam orang itu tidak pernah shalat,” paparnya.
Memang Mas Sugi belum melakukan investigasi satu persatu terhadap para murtadin tersebut. Namun baginya, dari konten saja sudah menjadi bukti bahwa ada kebohongan. Ia juga menyarankan agar umat Islam tak perlu sering-sering melihat konten semacam itu.
“Semakin sering kita melihatnya, semakin menguntungkan mereka. Pasalnya, dari konten itu mereka banyak mendapatkan penghasilan. Dari hasil itulah, mereka bisa menghujat Islam,” ulasnya.
Justru Masuk Islam
Maraknya konten kesaksian murtadin di media sosial sesungguhnya menunjukkan fenomena lain. Menurut Mas Sugi, kesaksian itu sebenarnya membohongi orang Kristen sendiri.
Nyatanya, orang Islam tak jadi gentar. Justru orang Islam semakin tahu kualitas orang yang murtad itu seperti apa.
“Mana ada ulama yang murtad? Sebaliknya, justru banyak pendeta dan pastur yang menjadi mualaf,” papar Mas Sugi.
Pernah ada jemaat Kristen yang masuk Islam setelah melihat konten kesaksian murtadin. Salah satunya bernama Pak Darto dan keluarganya, warga Tulang Bawang, Lampung.
“Dia mengutarakan langsung ke saya keinginannya masuk Islam setelah melihat kesaksian murtadin,” aku Mas Sugi yang dihubungi pria itu melalui sambungan telepon.
Percakapan keduanya diunggah dalam channel Youtube setahun lalu. Pak Darto mengaku imannya merasa guncang setelah melihat video Mas Sugi yang membahas soal kesaksian murtadin bernama Roni, yang mengaku putra salah satu pendiri pesantren di Makassar.
“Waktu itu Bapak menantang dia untuk membaca Surat al-Falaq, tapi ternyata dia nggak bisa. Dari situ saya mulai ragu, dan iman saya mulai goyah,” ungkap Pak Darto kepada Mas Sugi.
Lebih lanjut, Pak Darto mengatakan, “Saya ingin masuk Islam.”
Betul saja, beberapa hari kemudian, dia dan keluarganya mengucapkan kalimat syahadat. “Tidak hanya Pak Darto dan keluarganya. Ia juga masuk Islam bersama dua keluarga lainnya,” urai Mas Sugi.
Aturan Penyebaran Agama
Majalah Suara Hidayatullah beberapa kali mencoba menghubungi nomor admin channel Yusuf Manubulu: 08531257xxxx. Menurut admin, para murtadin yang ditampilkan itu merupakan murtadin asli.
Ketika ditanya perihal pemilihan judul yang mengaku mantan santri, mantan ustadz, mantan imam masjid, dan sebagainya, admin menjawab, “Saya tidak tahu apa-apa soal itu. Boleh WA ke nomor satu lagi.”
Redaksi kemudian menghubungi nomor yang disebut admin: 08777771xxxx. Sayangnya, hingga tulisan ini diturunkan, pesan singkat maupun telepon belum dijawab.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang aturan penyebaran agama dalam Kristen, redaksi mewawancarai via WA perwakilan dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), yang diwakilkan oleh Romo Agustinus Heri Wibowo.
Romo Agustinus menjawab dengan mengirimkan tangkapan layar bertuliskan: Dalam menyebarluaskan iman religius dan memperkenalkan praktik-praktik keagamaan, setiap orang harus menjauhkan diri dari cara bertindak yang dapat dianggap agak memaksa atau suatu cara meyakinkan yang tak pantas atau tak layak, terutama bila berhadapan dengan orang miskin atau orang yang tak terpelajar. Cara bertindak seperti itu harus dianggap sebagai penyalahgunaan hak diri sendiri dan pelanggaran terhadap hak orang lain (Dignitatis Human, no 4).
Namun ketika redaksi menanyakan lebih lanjut soal beragam konten kesaksian murtadin, Romo Agustinus tidak menjawab.
Menanggapi jawaban dari KWI, Ustadz Ahmad Kainama menilai itu seolah-olah cara penyebaran mereka sangat mulia. Padahal, katanya, dalam Ad Gentes yang berisi pola pelaksanaan amanat agung, justru menghalalkan segala cara. Hal itu dijelaskan dalam Matius 10 ayat 16 yang berisi: Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
“Jadi, kalau mereka tidak menanggapi soal perilaku seperti Yusuf Manubulu, ya karena hal itu sebenarnya bagian dari cara mereka yang menghalalkan segala cara,” ujar Kainama.
Sementara itu, Ustadz Abu Deedat Syihabudin menjelaskan adanya kode etik dalam mendakwahkan Islam. Meski, Islam dan Kristen sama-sama agama misi. Tapi, dalam Islam banyak rambu yang tidak boleh dilanggar.
“Misalnya, Allah SWT jelas-jelas mengatakan tidak boleh memaksa orang masuk Islam. Ini menunjukkan, Islam adalah agama yang toleran,” ujar Abu Deedat mengutip Surat al-Baqarah ayat 256.
Ajaran Islam pun mewanti-wanti agar umatnya tidak mencaci-maki sesembahan selain Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam Surat al-An’am ayat 108.
Pemerintah juga sudah membuat aturan soal penyebaran agama agar tidak terjadi konflik. “Karena sumber konflik itu biasa muncul soal pendirian rumah ibadah, penyiaran agama, dan penistaan agama,” papar Abu Deedat.
Dan nyatanya, penistaan itu masih sering terjadi.*
Tulisan ini terbit di Majalah Suara Hidayatullah edisi Februari 2022.