Membimbing Anak Betah di Rumah

0
392
Sumber gambar: www.klikdokter.com

Di era modern seperti saat ini, para remaja perempuan lebih suka berada di luar rumah dengan alasanmencari jati diri dan teman yang cocok.

Tren remaja perempuan ‘tak betah di rumah’ saat ini amat mengkhawatirkan para orangtua. Sebab, mereka rentan menjadi korban pelecehan seksual serta tindak kejahatan lainnya ketika berada di luar rumah.

Orangtua yang peduli keamanan, lebih senang kalau anak perempuannya betah di rumah, karena akan lebih mudah dikontrol serta dijaga. Atau sebaliknya, kontrol maupun penjagaan menjadi lebih sulit dilakukan ketika mereka sering berada di luar rumah. Inilah ujian sekaligus tantangan bagi orangtua.

Bagi orangtua, tren anak perempuan ‘tak betah di rumah’ yang terjadi akhir-akhir ini tak boleh disepelekan. Sebab mereka di hari esok akan menjadi istri bagi suami dan ibu sekaligus pendidik bagi anak-anaknya.

Apa jadinya kalau sejak remaja, mereka sudah terbiasa di luar rumah dan itu terus menjadi kebiasaan yang sulit diubah hingga menikah dan berkeluarga. Tentu hal ini sangat berbahaya bagi masa depan keluarga Muslim serta peradaban Islam. Untuk itu, orangtua terutama para ibu Muslimah perlu bersungguh-sungguh membimbing anak perempuannya agar betah di rumah. Lalu, bagaimana caranya?

Memberikan Pemahaman

Seringkali anak perempuan usia remaja memberontak saat dilarang untuk keluar rumah. Maka, para ibu Muslimah mestinya tidak serta merta melarang mereka keluar rumah tanpa memberikan pemahaman terlebih dahulu sebelumnya.

Larangan tanpa memberi pemahaman, hanya akan memicu pemberontakan. Untuk itu, perlu terlebih dahulu memberikan pemahaman kepada anak-anak perempuan tentang aturan syar’i yang berkaitan dengan Muslimah.

Allah SWT befirman, “Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu.” (QS. al Ahzab : 33).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah  menjelaskan makna ayat di atas, bahwa tetaplah di rumah-rumah kalian dan jangan keluar tanpa ada kebutuhan. Termasuk kebutuhan syar’i yang membolehkan perempuan keluar rumah seperti untuk shalat di masjid dengan syarat-syarat tertentu. (Tafsir al-Qur’an al-Adzim surat al-Ahzab ayat 33).

Perlu dipahami, perintah pada ayat di atas tidak hanya terbatas pada istri-istri Nabi SAW saja, tetapi juga berlaku untuk seluruh kaum wanita Muslimah. Imam Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan, “Semua ini merupakan adab serta tata krama yang Allah Ta’ala perintahkan kepada para istri Nabi SAW. Adapun kaum wanita umat ini seluruhnya sama juga dengan mereka dalam hukum masalah ini.” (Tafsir al-Qur’an al-Adzim surat al-Ahzab 33).

Dalam Hadits dijelaskan, bahwa rumah adalah tempat yang lebih baik bagi seorang wanita dari pada di luar rumah.  Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, Nabi SAW bersabda:

Shalat seorang wanita di rumahnya lebih utama baginya daripada shalatnya di pintu-pintu rumahnya, dan shalat seorang wanita di ruang kecil khusus untuknya lebih utama baginya daripada di bagian lain di rumahnya.” (HR. Abu Dawud, 570. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa Hadits ini shahih).

Demikianlah aturan syar’i bagi anak-anak perempuan. Para ibu Muslimah pun perlu memahamkan kepada anak perempuannya, bahwa perintah untuk tinggal di rumah ini datang dari Dzat yang lebih tahu tentang perkara yang memberikan maslahat bagi hamba-hamba-Nya.

Dengan memahamkan syariat itu, maka anak perempuan kita memiliki kesadaran tulus untuk tetap di rumah. Walau demikian, mereka tetap diperbolehkan keluar rumah bila ada kebutuhan penting. Tentu, dengan tetap berpegang teguh kepada aturan syar’i.

Membangun Keakraban Keluarga

Para ibu Muslimah tidak sepatutnya menganggap sepele ketika anak lebih senang berada di luar rumah. Apalagi sampai lupa waktu, pulang larut malam. Sebab, anak perempuan yang menginjak usia remaja, ketika sering keluar rumah amat rentan menjadi objek kekerasan, pelecehan seksual, dan tindakan kriminal lainnya.

Jika anak perempuan sering keluar rumah, sebagai teladan keluarga maka orangtua perlu introspeksi diri. Boleh jadi, mereka tidak betah di rumah sebab tidak terjalin komunikasi yang baik dan mesra dengan orangtuanya.

Untuk itu, para ibu Muslimah meskipun sibuk dan lelah sekali, mesti tetap berupaya meluangkan waktu untuk menyapa anak perempuannya yang telah memasuki usia remaja. Juga mengajak berkomunikasi dan bersedia mendengar curhatan mereka agar tidak merasa sepi dan sendiri ketika di rumah. Mereka juga akan merasa punya teman yang selalu siap untuk mendengarkan keluh kesahnya.

Memberi Wadah Untuk Berkreasi

Supaya anak perempuan betah di rumah, maka para ibu Muslimah perlu mengakui eksistensi mereka ketika berada di rumah, seperti memuji, memberi penghargaan, atau memberi kepercayaan.

Selain itu, juga memberi wadah sebagai wahana bagi mereka untuk menyalurkan daya kreativitasnya. Misal, dengan menyiapkan tempat menggambar atau melukis, menghias kamar, dan sebagainya. Bisa juga memberikan tantangan dengan tugas-tugas yang terkait fitrah kemuslimahannya seperti melakukan pekerjaan dapur.

Selain tersalurkan daya kreativitasnya, dengan penugasan-penugasan seperti itu, anak perempuan kita merasa dibutuhkan saat di rumah. Sehingga mereka menjadi betah di rumah. Ketika anak sudah betah di rumah, maka pergaulannya terjaga dan akan terhindar dari berbagai bahaya yang seringkali menimpa mereka saat sering keluar rumah. Mereka juga tak akan tergoda untuk keluar rumah, kecuali bila ada keperluan yang penting.

Dengan melalui penyampaian ilmu syar’i tentang etika Muslimah dalam pergaulan, ditambah dengan menciptakan suasana keakraban dan komunikasi yang terjalin mesra antara anak perempuan dan orangtua serta anggota keluarga lainnya, kita berharap tren remaja perempuan gemar keluar rumah tidak terjadi pada generasi Muslimah saat ini maupun yang akan datang. Allahu a’lamu bishshowab.

Penulis: Masrokan (Guru SMA Integral Hidayatullah Kendari)

Tulisan ini terbit di Majalah Suara Hidayatullah edisi April 2022