Membawa Ekonomi Syariah Lebih Inklusif

0
299
Nilai-nilai syariah yang universal harus digaungkan lebih keras sehingga ekonomi Islam tidak lagi eksklusif dan mengeksklusifkan diri
IAEI dapat memberikan sumbangsih yang nyata dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan keumatan dan kebangsaan. Tantangan pembangunan ekonomi Islam pada prinsipnya identik dengan tantangan pembangunan ekonomi nasional.
“Hal tersebut karena tujuan membangun ekonomi nasional juga identik dengan tujuan ekonomi Islam yaitu membangun prinsip keadilan melalui tata kelola yang baik, termasuk kejujuran, integritas dan kompetensi atau profesionalisme, disertai dengan keberpihakan kepada kelompok yang lemah,” katanya Sri Mulyani, Ketua Umum IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia), pertengahan Desember lalu, dikutip dari laman Republika.co.id
Sri Mulyani menyatakan itu saat memberi sambutan pada acara pelantikan Pengurus IAEI Periode 2019 – 2023 di Aula Cakti Buddhi Bhakti, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
Pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, lanjut Sri Mulyani, perlu dikembangkan secara komprehensif dan terintegrasi. Sehingga program yang dibangun harus bersifat harmonis dengan program-program yang telah disusun oleh otoritas dan kementerian terkait.
Ia menambahkan, untuk mendapatkan kepercayaan publik, ekonomi dan keuangan syariah harus dibangun dengan mengedepankan unsur tata kelola yang baik, profesionalisme dan transparansi. Keterlibatan IAEI dalam berbagai program pengembangan dilakukan berdasarkan kompetensi yang dibangun dan relevan terhadap tantangan yang dihadapi.
Lima isu struktural yang sangat penting untuk diatasi, kata Sri Mulyani, adalah sumber daya manusia, infrastruktur, regulasi yang simpel, birokrasi yang efisien dan melayani, serta transformasi ekonomi. Hal tersebut menjadi arah bagi Pengurus IAEI dalam menentukan program kerja dalam empat tahun ke depan.
Dalam sambutannya, Ketua Dewan Penasehat IAEI, Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin menyampaikan, Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dengan PDB terbesar yakni Rp 14.837 triliun di antara negara-negara Islam lainnya. Ini membuat Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi pusat perkembangan ekonomi Islam di dunia.
“Faktor penting lainnya yang mendukung Indonesia menjadi pusat Ekonomi Syariah dunia adalah meningkatnya kesadaran untuk menerapkan prinsip-prinsip agama Islam dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Melalui wadah IAEI, ia mengajak Pengurus IAEI, baik di Pusat dan Wilayah, untuk bersama-sama merancang, melaksanakan, dan mengawal program-program Ekonomi Syariah (ES). Sehingga dapat lebih berkontribusi dalam perekonomian dan pembangunan nasional.
Kerja sama secara terstruktur dengan kementerian dan otoritas terkait akan dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan pengembangan keilmuan dan peningkatan pemahaman masyarakat mengenai peran dan fungsi ekonomi dan keuangan Islam.
Kepada kepengurusan IAEI, Sri Mulyani mengharapkan terbangun engagement, keterlibatan, inovasi, inklusivitas, dan networking baik domestik dan global dalam melaksanakan seluruh program kerja IAEI empat tahun ke depan.
Berharap Lebih
Kepengurusan IAEI diisi oleh orang-orang yang tidak asing lagi di panggung perekonomian nasional.  Sri Mulyani, menginginkan kepengurusannya berdampak signifikan, khususnya dari sisi penetrasi pada masyarakat.
Ia membawa serta orang-orang dari ranah regulator hingga sektor swasta. Mulai Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo, Menteri BUMN Erick Thohir, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, hingga Pengamat Ekonomi Syariah Institut Pertanian Bogor, Irfan Syauqi Beik.
“Saya juga mengundang sektor swasta cukup banyak, ada Bendahara Umum kita dari BCA, juga dari Astra Internasional yang aktif kembangkan instrumen syariah di bisnisnya,” katanya.
Sri Mulyani ingin agar ES lebih inklusif sehingga menjangkau lebih banyak kalangan. Nilai-nilai syariah yang universal harus digaungkan lebih keras sehingga ekonomi Islam tidak lagi eksklusif dan mengeksklusifkan diri.
Ia juga mengundang banyak pihak profesional dan sudah mapan dalam ekonomi untuk ikut dalam pengembangan ES. Dengan kolaborasi dan inklusifitas, Sri Mulyani percaya bahwa Indonesia bisa jadi yang berbesar.