21.4 C
New York
Sabtu, September 14, 2024

Buy now

spot_img

Makna dan Pengaruh Ucapan Sendiri

Para ahli jiwa bersepakat bahwa setiap orang itu sangat dipengarungi oleh bisikan hati yang diucapkan berulang-ulang. Semakin sering pengulangannya, maka kian besar pengaruhnya terhadap kesuksesan dan kegagalan hidupnya.

Itulah mungkin makna malaikat Raqib serta Atid terus mengawal tiap ucapan, baik itu pernyataan, sumpah, ikrar atau ungkapan kegembiraan, kesedihan, kegalauan, keyakinan, gurauan, dan candaan. Semua ucapan akan tercatat serta dikawal oleh kedua malaikat tersebut.

Ungkapan cemerlang, kata-kata yang positif, dan narasi yang bisa membangkitkan semangat akan memberi motivasi yang tinggi kepada seseorang untuk berkorban, berinovasi, kreatif, melakukan perubahan dan perbaikan maupun semangat untuk meraih kesuksesan.

Sesungguhnya para pecundang itu bisa dilacak dari jejak rekam ucapannya. Orang yang ucapannya selalu negatif serta pesimistis, hampir dipastikan kelak jadi orang yang gagal. Kalau boleh disebut, taqdir seseorang bisa ditelusuri dari ucapan serta narasi sehari-hari yang dipilihnya.

Orang suskes akan memilih diksi, “Aku mampu bekerja keras dan berharap sukses, in-syaAllah”. Sedangkan orang yang gagal akan berkata, “Aku tidak mampu”.

Bisa jadi, orang yang berkata “Aku sanggup” belum sepenuhnya mampu. Bisa jadi, baru burupa keyakinan, tekad dan keinginan, bahkan keberanian. Namun, ucapan itu menghembuskan aura positif, dan membawa angin perubahan dan gelombang keberanian. Sebuah tekad awal yang menginspirasi sebuah kesuksesan.

Coba tanyakan kepada mereka yang memilih diksi “aku mampu”, apakah mereka benar-benar mampu? Apakah kemampuan mereka sudah teruji? Apa kemampuan mereka telah memperoleh pengakuan dan memperoleh penghargaan? Tidak. Bisa jadi mereka baru coba-coba, uji nyali, bahkan melakukan penjajakan. Tapi mereka memiliki modal, yaitu keberanian.

Sebaliknya, orang-orang yang gagal sejatinya bukan orang-orang yang tak mampu. Bisa jadi mereka hanyalah sekumpulan orang yang malas, tak berani menghadapi tantangan, serta enggan terjun dalam medan juang. Atau sekelompok orang yang memiliki segudang keahlian, tetapi karena alasan malas, mereka tak bernyali, layu sebelum berkembang.

Kemalasan adalah “pedang kelewang” yang akan menebas tiang kemuliaan. Pada dasarnya, setiap Muslim ialah orang-orang yang mulia dan dimuliakan Allah SWT. Tetapi, kemuliaan itu berubah menjadi kehinaan disebabkan kemalasan dan tidak adanya kehendak melakukan perubahan.

Ketahuilah betapa banyak orang yang meneteskan keringat bahkan air mata demi meraih puncak hidup yang cemerlang. Sementara sebagian kaum Muslimin masih terlena dengan “selimut impian dan bantal khayalan”.

Ketika orang lain telah menyingkirkan kebodohan berupa kemalasan; dan mereka mulai meraih piala penghargaan serta kemuliaan hidup. Mengapa kita masih asyik menutup diri tidak ubahnya kura-kura yang tidak berani keluar dari cangkangnya? Sampai kapan kita berlindung dalam cangkang emas palsu? Buah seperti apa yang kita harapkan dari benih kemalasan?

Stop kemalasan. Stop kata negatif dan narasi pesimistis. Sebaliknya, bangun sikap positif dengan ucapan dan narasi-narasi yang memberi harapan.

Penulis: Hamim Thohari

Tulisan ini terbit di Majalah Suara Hidayatullah edisi April 2022

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
22,000PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles