يَدُ اللَّهِ مَعَ الجَمَاعَةِ
“Tangan Allah bersama jamaah.” (HR. Tirmidzi).
Muqadimah
Manusia ditakdirkan hidup sebagai makhluk sosial. Dengan status tersebut, tak ada manusia yang mampu menjalani kehidupan sendiri. Demikian juga, sebagai orang yang beriman, kita dianjurkan untuk hidup berjamaah bersama orang-orang Mukmin.
Begitu pentingya hidup berjamaah, sampai-sampai Rasulullah memerintahkan kaum Muslimin untuk terus hidup berjamaah meski dalam kondisi bagaimanapun.
Beliau pernah bersabda, “Siapa melihat ketidakberesan yang menjengkelkan pada pemimpinnya maka hendaklah bersabar. Sesungguhnya siapa yang memisahkan diri dari jamaah meskipun sejengkal saja lalu mati, maka matinya dalam keadaan jahiliyah.” (HR. Muslim).
Artinya, Islam dan jamaah adalah dua kata yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling melengkapi satu sama lainnya, sebagaimana Allah SWT memerintahkan manusia senantiasa hidup berjamaah dan tidak berpecah belah (berfirqah-firqah).
Allah Ta’ala berfirman, “Dan berpegang teguhlah kalian kepada tali Allah seraya berjamaah serta janganlah kalian berfirqah-firqah…” (QS. Ali-Imran [3]: 103).
Makna Hadits
Secara bahasa, kata jamaah antara lain diambil dari (الجمع) al-jam’u, yang berarti mengumpulkan atau menyatu-padukan yang berpecah-belah atau bercerai-berai (Khalid bin Abdul Latif, Manhaj Ahlu Sunnah wa al-Jamaah, 1/20).
Hadits di atas menegaskan, Allah senang dengan orang yang hidup berjamaah dalam kebaikan serta ketaatan. Karenanya, orang-orang yang beriman hendaknya hidup berjamaah. Sebab, hal itu merupakan sebuah keutamaan.
Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya, “Aku perintahkan kepada kalian (kaum Muslimin) lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; hidup berjamaah, mendengar, taat, hijrah, dan jihad fi sabilillah. Barangsiapa keluar dari jamaah sekadar sejengkal, maka ia sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali bertaubat. Dan barang siapa yang menyeru dengan seruan jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang yang bertekuk lutut dalam Jahanam.” Para Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, jika ia puasa dan shalat?” Rasulullah SAW bersabda: “Sekalipun puasa dan shalat dan mengaku dirinya seorang Muslim, maka panggil orang-orang Muslim itu dengan nama yang telah Allah berikan pada mereka; “al-Muslimin, al-Mukminin, hamba-hamba Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Hadits ini menyebutkan, poin pentingnya dalam kehidupan orang-orang beriman adalah hidup berjamaah. Maka, hidup berjamaah merupakan sebuah keutamaan. Ada rangkaian amalan yang diperintahkan Allah serta Rasul-Nya yang pertama kali adalah hidup berjamaah, lalu mendengar, taat, hijrah, dan jihad. Tak dapat dibalik dari jihad dulu, baru kemudian hidup berjamaah ada pada urutan terakhir.
Hidup Berkah Karena Jamaah
Islam menilai bahwa hidup berjamaah itu termasuk posisi yang penting. Sebagai bukti betapa pentingnya amalan ini, banyak sekali keutamaan yang terkandung di dalamnya. Salah satunya adalah membuat hidup umat Muslim menjadi berkah.
Menurut Syaikh al-Sya’rawi, yang disebut dengan berkah di sini, adalah saat Allah SWT menganugerahkan kepada kita sesuatu yang lebih besar dari apa ukuran yang terlihat. Misalnya, ada seorang yang memiliki keluarga dengan penghasilan sedikit. Namun dari penghasilan itu, hidupnya tetap berjalan dengan baik dan tak mengalami kesusahan. (Tafsir al-Sya’rawi, VI/3784)). Padahal, jika ditinjau dengan kaca mata ekonomi umum, jelas penghasilan yang sedikit tak mampu mencukupi kebutuhan keluarganya.
Itu semua tak lain ialah keberkahan dalam hidup berjamaah. Dalam Hadits-hadits Nabi SAW, keberkahan berjamaah juga begitu banyak disinggung. Misalnya, shalat lima waktu yang dikerjakan secara berjamaah berpengaruh pada pelipatgandaan pahala yang luar biasa. Kalau shalat sendirian hanya mendapat satu derajat, maka dengan shalat berjamaah mendapat 27 derajat. Beliau bersabda, “Shalat jamaah lebih baik 27 derajat dibanding shalat sendirian.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Lebih dari itu, syaitan akan berpikir ulang untuk mendekati atau menguasai orang yang hidup berjamaah. Sabda Nabi SAW, “Jika ada tiga orang di suatu kota atau desa, dan tidak didirikan shalat (berjamaah) di tengah-tengah mereka, niscaya mereka akan dikalahkan oleh syaitan. Maka, berjamaahlah kalian, sesungguhnya serigala hanya akan memangsa orang yang terpisah dari kelompoknya.” (HR. Abu Dawud).
Keberkahan lain bagi orang yang hidup berjamaah, adalah mendapat ridha Allah SWT. Salah satu dari tiga hal yang diridhai oleh Allah sebagaimana Hadits riwayat Muslim, adalah berpegang teguh dengan tali agama Allah serta tak bercerai berai. Artinya, menjaga komitmen untuk tetap memegang pedoman serta berjamaah.
Telah menjadi hukum dan sunatullah dalam kehidupan, bahwa jika suatu kaum itu bersatu, maka mereka akan menang, tidak melihat apakah kaum itu beriman atau kufur. Sebaliknya, jika suatu kaum itu berpecah belah sesama mereka, berperang sesama mereka, menyakiti sesama mereka, maka pastilah kaum itu akan kalah, walaupun beriman kepada Allah SWT.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya serta janganlah kalian berbantah-bantahan yang menyebabkan kalian akan menjadi gentar dan kekuatanmu akan hilang.” (QS. al-Anfal [8]: 46).
Sejarah telah mencatat, kaum Muslimin kuat sewaktu mereka bersatu seperti di zaman Rasulullah SAW. Juga zaman Khalifah Abu Bakar ra, Amirul Mu’minin Umar bin Khaththab ra hingga Khalifah Rasydah berakhir.
Jatuhnya zaman khalifah Rasydah ke tangan dinasti Umayyah, karena perpecahan. Hancurnya Dinasti Abbasiyah, pun jatuhnya Baghdad ke tangan Mongolia, karena perpecahan, sebab sebagian dari umat Islam berkonspirasi dengan musuh untuk menjatuhkan khilafah.
Semoga kita semuanya dapat mengambil pelajaran dari peristiwa sejarah itu demi kejayaan Islam dan kaum Muslimin.
Penulis: Bahrul Ulum/Suara Hidayatullah
Tulisan ini terbit di Majalah Suara Hidayatullah edisi Mei 2022