Dari Ibnu Umar Rhadiallahu anhu ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Akan terjadi lima bencana yang bakal menimpa kalian dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mendapatinya; tidaklah kekejian (zina) menyebar di suatu negeri melainkan Allah akan menimpakan penyakit wabah dan thaun yang belum pernah terjadi pada umat sebelumnya; tidaklah mereka menghalangi zakat malnya melainkan Allah akan menahan hujan turun dari langit, kalau bukan karena hewan ternak maka tidak akan diturunkan hujan kepada mereka; tidaklah mereka gemar mengurangi takaran dan timbangan melainkan mereka akan ditimpa musibah paceklik, kesulitan ekonomi dan jahatnya para penguasa; tidaklah mereka melanggar janji Allah dan janji Rasul-Nya melainkan Allah akan menguasakan atas mereka para penjajah dan merampas sebagian dari kekayaan mereka dan para pemimpin mereka tidak berhukum dengan Kitabullah dan tidak memilih hukum terbaik dari-Nya melainkan umatnya dirundung konflik terus-menerus” (Riwayat Ibnu Majah, dan al-Hakim)
Bagi orang beriman, peringatan adalah nikmat. Allah SWT menjamin, di balik peringatan selalu ada manfaat, misalnya, bisa menyadarkan kita dari kesalahan.
Setiap manusia butuh peringatan. Sebab dalam diri manusia melekat beragam kelemahan. Manusia memiliki sifat lalai dan lupa. Seorang kadang bermaksiat tanpa pernah merasa berdosa. Namun melalui peringatan se-orang bisa saja tersentak, sadar dan akhirnya bertobat.
Beragam cara Allah mengingatkan hamba-Nya. Ada ayat al-Qur’an, dan Hadits Rasulullah SAW yang sering kita kenal dengan ayat qauliah. Peringatan Allah SWT juga kadang berupa musibah yang Allah timpakan kepada manusia yang biasa kita kenal dengan ayat kauniah.
KENAPA TERJADI MUSIBAH?
Akhir-akhir ini kuantitas musibah cenderung meningkat. Banjir, longsor, kebakaran, dan kecelakaan lain datang silih berganti. Banyak yang bertanya, kenapa semua itu terjadi?
Jawaban atas pertanyaan tersebut mungkin saja beragam. Namun sangat tidak tepat jika jawabannya ha-nya dikaitkan dengan fenomena alam saja. Allah Ta’ala telah mengajarkan orang beriman untuk melihat setiap musibah sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari ulah manusia. Allah berfirman yang artinya, “Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangatpedih lagi keras.” (Huud [11]: 102)
Ada keterkaitan yang sangat erat antara kezaliman yang diperbuat manusia dengan musibah yang terjadi. Mari kita cermati dan renungi Hadits di atas. Begitu erat-nya hubungan antara penyakit berbahaya yang merebak dengan praktek zina, kecurangan timbangan dengan krisis ekonomi, tidak mengeluarkan zakat dengan tidak turunnya hujan. Juga bagaimana jika mengabaikan perintah Allah m dan Rasul-Nya dengan dikuasainya negeri kita oleh para penjajah, dan tidak berhukumnya suatu negeri dengan hukum Allah, serta pertikaian yang terjadi antar sesama manusia.
Dalam Sunan Ibnu Majah bahkan terdapat satu bab yang berjudul al-uqubat. Dalam bab itu secara khusus dituliskan Hadits-Hadits yang menyebutkan dosa sekaligus hukumannya. Semua ini menjadi bukti adanya hubungan sebab-akibat antara dosa dan musibah. Karenanya, ketika musibah terjadi, maka langkah yang paling tepat adalah segera bermuhasabah dengan mengoreksi amalan kita.
TOBAT SEBELUM TERLAMBAT
Dalam Hadits di awal hanya disebutkan lima dosa. Tetapi tidak berarti hanya lima dosa yang mendapat ancaman hukuman di dunia. Masih banyak dosa lain yang jauh lebih besar disebutkan dalam al-Qur’an dan Hadits, seperti syirik, bid’ah, dan dosa-dosa lainnya.
Dalam Hadits itu juga yang disebutkan hanyalah hukuman dunia. Itupun sudah sangat mengerikan. Rasulullah SAW memohon perlindungan kepada Allah agar para Sahabatnya tidak mendapati masa tersebut. Lalu bagaimana dengan hukuman akhirat? Tentu hukumannya jauh lebih mengerikan. Allah berfirman, “Seperti itulah azab (dunia). Dan sungguh azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui” (al-Qalam [68]: 33)
Oleh sebab itu, langkah yang paling mendesak saat ini adalah bertobat dan mengganti prilaku buruk dengan amal saleh. Tobat yang disertai dengan amal saleh adalah pembersih dosa yang sangat ampuh. Ketika sarana ini tidak kita gunakan, sangat mungkin dosa kita akan dibersihkan melalui musibah.
Baca juga: Kesalehanmu Terlihat Pada Kecintaanmu Kepada Ulama.
WASPADA CINTA DUNIA
Allah SWT telah mengingatkan bahaya di balik nikmat dunia. Cinta dunia yang berlebihan terkadang membuat kita begitu enteng dalam melakukan dosa. Peringatan Allah berupa ayat dan Hadits hanya melintas, tak ada ibrah yang bisa dipetik.
Ketika nikmat dunia melimpah tapi peringatan Allah diabaikan, maka pada saat seperti itulah Allah menurunkan musibah. Allah SWT berfirman yang artinya, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu ke-senangan untuk mereka. Sehingga apabila mereka ber-gembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa” (al-An’am [6]: 44)
Karena itu, kita harus menata kembali cara pandang terhadap nikmat dunia. Syaikh Utsaimin berkata, “….Kebanyakan orang yang dalam dirinya terdapat sifat tamak kepada harta tidak terlalu menjaga dari perkara-perkara yang diharamkan dalam mendapatkan harta” (Syarah Riyadusshalihin, Syaikh al-Utsaimin)
Singkatnya, ketika kesenangan dunia telah mengua-sai diri seseorang, urusan halal dan haram menjadi terabaikan. Rasulullah SAW mengingatkan, ”Akan datang kepada manusia suatu masa, di saat orang tiada peduli akan apa yang diambilnya, apakah dari yang halal ataukah dari yang haram” (Riwayat Bukhari, Ahmad, Ibnu Hibban, al-Baihaqi, ad-Darimi, dan Ibnu Asakir dari Abu Hurairah).
Agar selamat, cintai dunia sekadarnya. Wallahu a’lam bishshawab. ♦ Oleh Rifa’i Pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan