Dari Suaranya hingga Jenis-jenis Kuda dan Penggunaannya
Lewat suaranya seseorang akan mengerti apa yang diinginkan kuda
Allah ta’ala menciptakan kuda dan menjadikannya memiliki keistimewaan dibandingkan hewan-hewan yang lain. Bahkan fadhilah tentang merawatnya sangat banyak didapat dalam hadits maupun atsar. Sampai-sampai tidak ada makhluk selain manusia yang bisa menandinginya. Oleh karena itu, wajib bagi perawat atau al-khayyal (الخَيَّالُ) dan pelatihnya mengetahui seluk beluk, bahkan apa yang diinginkan kuda lewat suara-suaranya.
Suara-suara Kuda
Seperti halnya bayi yang masih kecil, tangisannya bisa dibedakan dan diketahui dari bentuk suara tangisan yang dikeluarkan. Begitu pula kuda, lewat suaranya seseorang akan mengerti apa yang diinginkan kuda. Ada lima jenis suara kuda.
Pertama, الصَهِيْلُ yaitu suara kuda pada umumnya atau disebut juga sebagai ringkikan. Suara inilah yang sangat disukai Rasul SAW. Dalam kitab Al-Mu’jam Al-Kabir, Imam At-Thabrani mencantumkan bahwasannya Rasul berkata kepada salah seorang Sahabat dari Anshor agar setiap beliau turun dari kuda, beliau meminta kudanya diikat di dekat rumah Nabi karena beliau amat suka mendengar ringkikannya.
Dalam riwayat lain, pada ringkikan kuda Allah masukkan rasa takut dalam hati orang-orang musyrik, jin dan setan. Dari sini dapat disarankan hendaknya seseorang membangun kandang atau stable kuda berdekatan dengan rumah ia tinggal. Bahkan kandang tersebut dibangun di depan rumahnya agar menjadi simbol syiar kekuatan kaum Muslimin dan menjadikannya sebagai penjagaan dari sihir dan gangguan setan seperti yang terdapat pada tafsir surat Al-Anfal: 60.
Jenis kedua, الحَمْحَمَهْ yaitu suara kuda saat melihat dan mencari temannya atau meminta makan.
Jenis ketiga, القَبْعُ yaitu suara yang keluar dari hidungnya.
Keempat, suara yang keluar dari mulutnya.
Dan terakhir, الضَبْحُ yaitu suara nafasnya ketika ia sedang berlari. Suara ini diabadikan oleh Allah ta’ala dalam Surat Al-Adiyat ayat pertama وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا “Demi kuda perang yang berlari kencang dan nafasnya terengah-engah.”
Jenis-jenis Kuda
Setiap pemilik kuda harus selalu meluruskan niatnya agar kuda-kudanya selalu menjadi kuda Allah yang tidak hanya menutupi hajatnya semata. Adapun jenis kuda secara penggunaannya terbagi menjadi tiga macam.
Yang pertama, kuda yang diambil tenaganya untuk menarik beban.
Kedua, kuda yang lebih cocok digunakan untuk ditunggangi baik sarana transportasi maupun olahraga.
Terakhir, kuda yang digunakan sekedar hiburan dan berlatih ringan.
Hampir-hampir setiap wilayah di dunia saat ini sudah tersebar kuda-kuda ‘pendatang’ yang tidak hanya diambil dari lokal wilayah saja. Di pulau Jawa saja masing-masing daerah mempunyai kuda khas sendiri. Jawa Tengah dan Jawa Barat, bentuk tubuh kudanya sedang dengan tinggi punggung 125-135cm.
Ini sangat cocok digunakan untuk menarik kereta maupun ditunggangi oleh masyarakat Indonesia yang berat bobotnya rata-rata 60-80 kg. Karena langkah kaki kuda ini cenderung tidak terlalu lebar. Ia lebih sering dipakai untuk fasilitas mencari mata pencaharian.
Berbeda dengan kuda Banyuwangi atau Pulau Kangean Madura yang tingginya rata-rata hanya 125 cm ke bawah. Ia sering digunakan untuk menarik kereta atau membantu mengangkat barang. Jika kuda tersebut dipaksa untuk ditunggangi atau membawa beban diatas 80kg, ditakutkan kaki-kakinya akan cepat cedera walau dalam jangka waktu yang cukup lama.
Sangat berbeda dengan kuda-kuda Flores maupun Sumba yang konon keturunan dari peranakan kuda Arab. Memiliki tenaga lebih kuat, tubuh yang cenderung ideal untuk ditunggangi, dengan tinggi 130-140 cm. Kuda ini cukup mampu dinaiki orang dengan berat diatas 80 kg. Masyarakat setempat memberinya nama kuda Sandalwood, diambil dari nama pohon yang tumbuh banyak di Indonesia Timur.
Kebanyakan kuda dari wilayah timur saat kecil diberi cap pada bagian pangkal paha kaki belakang maupun depan dan pipinya, sebelum ia dibiarkan hidup di padang rumput atau alam bebas. Itulah sebabnya stamina kuda tersebut lebih kuat dibanding kuda lokal Indonesia yang lain. Masyarakat timur amat jeli membedakan kuda sandal asli ataupun lokal Sumba, bahkan sampai membaginya dengan beberapa istilah.
Begitu pula kuda lokal Sumatra (Aceh, Padang, dll). Kuda Sulawesi yang banyak populasinya ada di daerah Jeneponto. Semua kuda endemik Indonesia dengan tinggi 130-140 sangat cocok digunakan untuk menarik, membawa beban maupun ditunggangi. Namun dalam cabang olahraga biasanya kuda-kuda tersebut sering digunakan untuk pacuan, endurance (lomba ketahanan fisik kuda pada jarak 20 km ke atas), semi cross country, atau lomba memanah.
Semuanya tentu setelah melalui disiplin latihan oleh pelatih kuda. Seperti halnya manusia, kuda pun perlu dilatih untuk menempuh jarak tertentu agar fisiknya tahan dengan jarak yang diatasnya, maupun dilatih untuk mengatur kecepatan dan nafas saat ia digunakan untuk pacuan, ataupun dilatih agar tidak takut pada hal-hal sekitar saat ingin digunakan untuk memanah.
Sedangkan untuk lomba equestrian yang lain, semisal tunggang serasi (dressage) atau lompat rintangan (jumping) lebih sering menggunakan kuda-kuda keturunan luar yang postur tubuhnya lebih tinggi dan lebih terampil (insya Allah akan dibahas pada bab perlombaan). Baik jenis kuda Thoroughbred (THB), Warmblood (WB), kuda keturunan luar Indonesia, baik Amerika atau Australia atau bahkan kuda Arab.
Adapun kuda jenis lain yang ada di seluruh dunia semisal kuda India, Andalusia, American Quarter, Appalosa, Gipsi, Shire, Frisian, Little Poni dan lain-lainnya adalah kuda-kuda yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar baik tunggang, tarik, maupun hiburan saja.
* Penulis: Iqbal Azhar Aziz (Pembina Solo Berkuda)
*Tulisan ini telah terbit di Majalah Suara Hidayatullah edisi Januari 2020
- Advertisement -