Dengan program kargo gratis untuk pengiriman bantuan ke lokasi bencana alam, membuat bisnisnya semakin berkembang.
Hidup segan mati tak mau. Itulah ungkapan yang disampaikan Lambang Saribuana ketika menggambarkan keadaan bisnisnya; PT. Courierindo Sukses Makmur (CSM) Cargo, pada tujuh tahun pertama terbentuk, yakni mulai tahun 1999 sampai 2006.
“Dimana kita hanya hidup saat dapat order dari teman dan itu hanya cukup untuk makan. Setelah tahun 2007, alhamdulillah keadaannya membaik,” jelas Lambang, Owner sekaligus Direktur Utama CSM Cargo—perusahaan jasa ekspedisi pelopor kargo paling murah di Indonesia.
Kondisi yang membaik itu datang pasca Lambang membuat program ongkos kirim gratis untuk pengiriman bantuan ke lokasi gempa di Padang pada tahun 2007.
“Kalau nggak salah ketika saya pindah ke sini terus ada gempa Padang. Saya sama istri melihat itu kasihan. Dari situ, kami bikin program ongkos kirim gratis ke lokasi gempa di Padang,” tuturnya.
Tiga tahun kemudian, 2010, terjadi erupsi Gunung Merapi. “Waktu itu saya sudah kenal Facebook dan Twitter. Saya sedikit banyak sudah mulai belajar menulis blog dan lainnya. Maka saya tulis di Facebook dan Twitter bahwa bagi siapa yang ingin membantu saudara kita di Jogja, maka saya akan bantu kirim. Dan itu gratis tanpa biaya,” jelasnya.
Qadarullah, sejak itu banyak sekali orang yang datang hendak mengirim bantuan ke Yogyakarta untuk korban erupsi Gunung Merapi. Apa yang dilakukan Lambang pun viral di media sosial (medsos). Dari situ dia banyak berinteraksi dengan orang hingga akhirnya bertemu dengan pelanggan-pelanggannya yang baik.
“Yang menjadi trigger-nya adalah kita membuat program ongkos kirim gratis saat terjadi bencana. Dan dari situlah pelanggan berdatangan. Hal itu menjadi sebuah keyakinan. Karena itu, mohon maaf, saya tidak berharap terjadi bencana alam di negeri ini, tapi jika ada bencana alam kita pasti bikin program kargo gratis. Sebab itu adalah sebuah panggilan,” jelas Lambang.
Lambang pun menambahkan, perusahaannya saat ini punya dua program utama Corporate Social Responsibility (CSR). Pertama, program ongkos kirim gratis untuk bantuan ke seluruh daerah bencana alam. Kedua, berbagi makanan setiap Jum’at.
“Kita itu setiap Jum’at pasti masak dalam jumlah yang banyak kemudian kita bagi-bagikan ke siapa saja. Program Jum’at berkah ini, juga sudah dilakukan bertahun-tahun,” imbuhnya.
Keajaiban di tengah Kesulitan
Di tengah kesulitan saat menjalankan program kargo gratis, Lambang menuturkan bahwa terjadi beragam kisah nyata. Dan menurutnya itu adalah sebuah keajaiban.
“Ketika erupsi Merapi, hari pertama belum ada orang yang kirim bantuan melalui CSM. Baru hari kedua mobil mengantri dari ujung ke ujung. Saya sampai dipanggil sama Pak RT karena mobil banyak banget. Saya jelaskan, bahwa waktu itu sedang ada program kargo gratis. Akhirnya warga justru mendukung, bahkan nyumbang,” jelas Lambang.
Pada hari kedua, Lambang melanjutkan, sudah ada di gudang CSM Cargo bantuan sebanyak 4 truk yang siap untuk dikirim ke Yogyakarta. Tapi, malam hari kedua itu hanya bisa memberangkatkan 2 truk karena keterbatasan armada. Sebetulnya dia ingin menyewa 2 truk, namun sayang tidak ada biaya.
“Besoknya, setelah shalat Shubuh, ada orang datang mengetuk pintu. Waktu saya buka pintu, seorang laki-laki mengucap salam, lalu mengajak salaman. Setelah itu, memberikan amplop. Katanya dia diminta bosnya untuk menyerahkan amplop itu ke saya. Setelah saya buka isinya 2,5 juta. Akhirnya truknya bisa jalan. Sampai hari ini nggak tahu siapa orang itu,” cerita Lambang.
Kemudian, sorenya ada seorang wanita dari Pasar Minggu menelepon Lambang. Dia menanyakan berapa ongkos kirim barang dari Jakarta ke Yogyakarta. Karena mengira sebagai pelanggan umum, Lambang pun menawarkan tarif umum yakni sebesar 2 juta rupiah.
“Lalu saya tanya barang apa yang mau dikirim. Katanya beras untuk korban erupsi Merapi. Karena untuk bantuan, saya sampaikan gratis. Tetapi ibunya bilang nggak jadi kirim pakai CSM kalau gratis. Singkat cerita saya kirim ke Jogja pakai truk sewa dan dikasih 4 juta rupiah, karena dua kali pengiriman. Jumlah berasnya pun hanya empat karung. Satu karungnya 50 kilogram,” paparnya.
Membangun Komitmen dan Kepercayaan
CSM Cargo benar-benar dimulai dari nol. Ketika merintis, Lambang tidak memiliki apapun, kecuali sebuah sepeda motor. Semua berawal dari pertengkaran dengan bosnya mengenai bagaimana menjadi sales yang baik dan membangun komitmen maupun kepercayaan.
“Singkat cerita beliau tak setuju dan marah. Hari itu juga saya memutuskan untuk berhenti bekerja. Dan saya masih ingat betul, saat itu hari Rabu,” kenangnya.
Setelah resign, selama 2 hari (Kamis dan Jum’at) Lambang luntang-lantung karena tidak punya pekerjaan. Hingga akhirnya salah seorang pelanggan dari perusahaan lamanya menelepon. Saat itu dia sedang rebahan di Masjid al-Azhar Jakarta Pusat setelah usai melaksanakan shalat Jum’at.
“Namanya Bu Ela, menelpon saya sambil marah-marah karena kiriman barangnya banyak yang rusak dan hilang. Ya.., saya dengarkan mungkin sekitar setengah jam. Setelah itu saya datang ke kantornya. Waktu ketemu ternyata Bu Ela melanjutkan marahnya,” jelas Lambang sambil tertawa.
Ketika marahnya reda, Lambang bergegas menyampaikan jika dia sudah berhenti bekerja, sehingga tidak dapat lagi membantu untuk mengecek barang kirimannya.
“Tapi, dia nggak mau tahu. Dia ingin barangnya aman. Lalu, saya sampaikan kalau tanggung jawab, saya akan tanggung jawab. Tapi, kalau membantu di perusahaan lama saya tidak bisa. Kalau ibu memaksa saya harus mengganti barang in-syaAllah
saya ganti. Tapi mohon maaf, karena saya sekarang tidak bekerja, maka saya akan ganti dengan tenaga,” bebernya.
Dari situ Bu Ela tiba-tiba menawarkan sebuah proyek besar. Lambang pun terkejut dan segera menyampaikan permohonan maaf, karena tak bisa menerima tawaran tersebut, lantaran dia merasa tak memiliki apapun semisal kantor ataupun modal.
“Saat itu Bu Ela bilang, saya tidak percaya kepada perusahaan lama Anda tapi saya percaya Anda. Saya akan membantu serta membayar tunai selama Anda juga mau membantu saya. Itulah awal dari perusahaan CSM Cargo, dan awal saya jadi kurir. Setiap pagi saya harus ambil barang untuk diantar ke seluruh Jabodetabek dengan sepeda motor, sebab ingin membantu menyelesaikan apa yang jadi permasalahan pelanggan,” pungkasnya.
Itulah yang menjadi embrio CSM Cargo hingga akhirnya setelah 10 tahun lamanya Lambang bisa membangun bisnisnya sendiri.
Menurut Lambang, dalam bisnis, khususnya kargo, seorang pengusaha harus bisa menjaga kepercayaan. Katanya, apapun yang kita punya boleh saja hilang, bahkan apapun yang kita miliki boleh saja pergi dan berpindah tangan. Tetapi, ada dua hal yang tidak boleh lepas dari genggaman, yaitu nama baik dan kejujuran.
“Ketika kita melakukan kecurangan atau tidak jujur, maka hubungan kita terbatas dan biasanya pada level operasional. Tapi jika kita mencoba jujur, maka level kita akan terangkat dan biasanya relationshipnya dengan owner perusahaan,” ujarnya.
Jadi, Lambang menegaskan, bahwa nama baik dan kejujuran adalah sesuatu yang paling penting karena menjadi penentu ke mana arah kaki melangkah. Sedangkan soal operasional serta marketing adalah sesuatu yang mudah dipelajari. *Achmad Fazeri/Suara Hidayatullah
Tulisan ini terbit di Majalah Suara Hidayatullah edisi Desember 2022