“Desain peradaban Islam itu salah satunya melalui shalat Tahajud”
Jarum jam masih menunjukkan pukul 03.40, tetapi para santri sudah berbondong-bondong menuju masjid. Mereka tampak seragam; mengenakan baju gamis putih dengan bawahan sarung dan memakai peci maupun kopiah.
Lima belas menit sebelumnya, dari toa masjid itu terdengar sebuah pengumuman yang menyebar hingga penjuru pesantren.
Begitulah rutinitas santri, setengah jam sebelum Shubuh tiba di Pondok Pesantren Hidayatullah Batam. Tepatnya, di kampus utama Jalan Letjen Suprapto, Kelurahan Kibing, Kecamatan Batu Aji, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
“Shalat Tahajud itu dimensi tak terelakkan dalam perjalanan Hidayatullah,” tegas Ketua Badan Pembina Pondok Pesantren Hidayatullah Batam, Ustadz Jamaluddin Nur, saat berbincang dengan Suara Hidayatullah, beberapa waktu lalu.
Jamal, sapaan akrabnya, menjelaskan, tujuan dari dilaksanakannya shalat Tahajud secara berjamaah itu, bukan sekadar untuk mendidik, tapi juga supaya para santri serta pengurus diangkat derajatnya lebih tinggi, termasuk juga untuk membangun kebersamaan.
“Berjuang itu tantangannya berat. Untuk meringankan beban serta memudahkan segala urusan memang tidak boleh tidak ya harus shalat Qiyamul Lail,” terangnya.
Kendati demikian, Jamal mengungkapkan, untuk “mentradisikan” shalat Tahajud itu awalnya tidaklah mudah. Tetapi alhamdulillah sejak kita mampu melaksanakan rutinitas itu, katanya, boleh dikata santri serta pengurus mudah diatur dan mudah diajak bekerja sesuai dengan cita-cita perjuangan lembaga Hidayatullah Batam.
“Desain peradaban Islam itu salah satunya melalui shalat Tajahud,” imbuhnya.
Lantas, apa sajakah yang menjadi program-program unggulan Hidayatullah Batam ini? Bagaimanakah sejarah Hidayatullah mulai menebar dakwah di Kota Batam?
Simak selengkapnya di rubrik “Silaturrahim” majalah Suara Hidayatullah edisi November 2022.
Informasi berlangganan majalah Suara Hidayatullah dapat menghubungi nomor kontak 0857 4894 7940 (Jakarta), 0821 4040 4051 (Surabaya).
