21.4 C
New York
Sabtu, September 14, 2024

Buy now

spot_img

3 Indikator Istri Shalehah

Ketaatan istri terhadap perintah Allah dan suami yang dilaksanakan dengan hati ikhlas akan melahirkan kebahagiaan yang luar biasa

Setelah beberapa saat tiba di Makkah bersama Siti Hajar istrinya dan Ismail anaknya, tiba-tiba Nabi Ibrahim harus meninggalkan istri dan anaknya. Tentu Hajar sebagai istri dan perempuan biasa merasa takut dan khawatir.

Siapa yang tidak ketakutan ditinggal sendirian dengan bayi. Tidak ada teman, tetangga, belum ada rumah, lampu penerang dan air. Bahkan nyaris tidak ada tanda-tanda kehidupan di padang pasir yang tandus dengan cuaca panas dan dingin yang ekstrem.

Sehingga saat Nabi Ibrahim yang hendak pergi, Hajar mengikuti di belakangnya  sambil berkata, “Wahai Ibrahim, engkau hendak pergi ke mana?

Nabi Ibrahim terus berjalan, tidak menoleh apalagi menjawab pertanyaan istrinya. Hajar terus mengejar mengikuti dan bertanya, “Apakah engkau hendak pergi meninggalkan kami sementara di lembah ini tidak ada seorang pun manusia dan tidak ada makanan sama sekali?”

Lagi-lagi Nabi Ibrahim tetap diam dan terus berjalan meski dengan pelan. Hajar bertanya lagi, “Apakah Allah memerintahkan hal ini kepadamu?” Akhirnya Nabi Ibrahim berhenti, menoleh lalu menjawab, “Ya.”

Hajar kemudian berkata, “Jika demikian, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.” Setelah itu, Hajar tidak mengikuti dan bertanya lagi, sambil memandang suaminya pergi hingga tidak kelihatan

Bekal Keshalehan

Salah satu pilar utama dalam keluarga adalah istri yang shalehah. Hajar adalah sosok istri shalehah dengan keimanan dan keyakinan yang kuat. Sehingga memiliki karakter kuat dalam menghadapi kondisi kehidupan apapun. Ini adalah pelajaran berharga bagi seluruh keluarga Muslim.

Hajar awalnya seorang budak Fir’aun berkebangsaan Mesir yang dihadiahkan kepada Ibrahim dan Sarah. Karena Sarah lama tidak hamil maka mendorong Ibrahim untuk menikahi Hajar agar mendapatkan anak keturunan demi meneruskan tugas kenabian. Awalnya Ibrahim tidak mau, tapi karena terus didesak oleh Sarah akhirnya Ibrahim menikahi Hajar.

Hajar terantar menjadi shalehah tentu bukan tiba-tiba, tapi ada peran tarbiyah dari suaminya. Nabi Ibrahim menikahi Hajar bukan sekadar fisiknya yang cantik, melainkan karena keimanannya. Hajar adalah budak atau hamba sahaya yang beriman, taat, berhati mulia, dan berakhlak terpuji.

Keshalehan tercermin dengan keimanan, ibadah dan akhlaq. Itulah yang akan memperindah perjalanan bahtera keluarga yang bergelombang dan mempercantik liku-liku kehidupan berumah tangga yang terkadang ada onak dan durinya.

Keshalehan istri tidak dengan sendirinya terbentuk, tapi ada peran suami secara langsung dan tidak langsung. Suami sebagai pemimpin memiliki pengaruh besar dalam pembentukan karakter istri. Salah satu kewajiban suami adalah menjaga keluarganya dari api neraka.

Ibrahim menunjukkan tugasnya sebagai nabi dan suami dengan baik. Sejak sebelum menikah hingga menikah dengan Hajar, Nabi Ibrahim telah mentarbiyah dan memberikan keteladanan yang baik kepada keluarganya. Keyakinan dan ketegasannya dalam bertauhid sangat kuat menghujam dalam dirinya.

Ikhlas dalam Ketaatan

Salah satu indikator dari istri yang shalehah adalah ketaatannya kepada Allah, rasul dan suaminya. Istri shalehah paham akan hak-hak Allah dan melaksanakannya dengan sebaik mungkin. Istri shalehah melaksanakan ketaatan dengan keteguhan iman, ibadahnya, mulia akhlaknya dan indah muamalahnya.

Jika ketaatan kepada Allah telah terlaksanakan dengan baik, maka istri akan terantar untuk bisa taat pada suaminya dengan menunaikan hak-hak sang suami. Ketaatan adalah modal utama keutuhan rumah tangga. Ketaatan istri adalah kebahagiaan dan kesyukuran suami.

Ketaatan istri terhadap perintah Allah dan suami yang dilaksanakan dengan hati ikhlas akan melahirkan kebahagiaan yang luar biasa. Keikhlasanlah yang membuat beratnya ketaatan terasa ringan dan nikmat. Keikhlasanlah yang bisa menembus hati suami sehingga semakin terikat kuat hubungan keduanya dan menjadikan keluarga sakinah, mawadah, rahmah dan berkah.

Hajar telah memberikan keteladan yang agung kepada para istri tentang sebuah ketaatan seorang istri. Taat kepada Allah dan suaminya dengan ujian yang sangat luar baisa beratnya. Allah lalu mengganjarnya dengan memunculkan air Zam Zam yang tidak berhenti mengalir sepanjang zaman dan memberikan kebaikan kepada jutaan manusia. Tentu semua itu mengalirkan pahala kebaikan kepada beliau.

Amanah dalam Kondisi Apapun

Indikator kedua dari istri shalehah adalah amanah terhadap tugasnya sebagai istri, baik saat suami di rumah ataupun ketika suami tidak ada di rumah. Tugas suami istri yang berbeda dan terkadang menuntut untuk tidak selalu bersama-sama di rumah. Terkadang suami harus bepergian melaksanakan kewajibannya mencari nafkah dengan berhari-hari atau berbulan-bulan.

Menjadi ujian tersendiri bagi istri yang sering ditinggal suaminya bepergian ke luar rumah. Di samping banyak godaan juga tantangan yang tidak mudah sebagai seorang wanita yang lemah.

Menjaga amanah ketaatan di hadapan suami relatif lebih ringan dibandingkan menjaga amanah ketaatan saat suami tidak ada. Banyak wanita atau istri yang menjual harta kekayaan suami, menyeleweng, pergi meninggalkan suaminya saat suami bepergian keluar rumah.

Menjaga anak-anak, kehormatan, rumah dan harta suami itu tidak mudah di saat suami tidak ada. Maka istri shalehah dengan karakter amanah menjadi kunci untuk bisa menjaga ketaatan. Karakter amanah  jika dimiliki oleh seorang istri akan semakin menebalkan rasa kepercayaan, kenyamanan dan kecintaan bagi suaminya dan memberikan kebahagiaan hati yang tak terkatakan.

Istri adalah Guru Anak-anak

Istri yang shalehah juga memiliki indikator sebagai pendidik atau guru. Sebab, istri akan menjadi madrasah pertama dan guru yang utama bagi anak-anaknya. Tanpa kesalehan seorang istri akan sulit mendidik anak untuk tunduk dan taat kepada Allah.

Memilih istri sama dengan memilih guru untuk generasi yang akan datang. Sebab istrilah yang senantiasa membersamai anak dari proses mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh sejak balita, mengajari bicara, merangkak hingga berjalan. Pendidikan anak-anak kecil akan lebih baik dengan kasih sayang dan tarbiyah ibunya.

Dari sejak kecil itulah istri bisa menanamkan anak akidah yang kuat, pembiasaan akhlaq yang baik dan mengajarkan ibadah yang benar. Istri sebagai guru yang mengajarkan segalanya kepada anak sehingga memiliki bekal yang cukup dalam mengarungi kehidupan.

Hajar memerankan dirinya sebagai guru bagi Ismail putranya sehingga memiliki akidah yang kuat dan akhlaq mulia. Terbukti saat ada perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelihnya, maka Ismail dengan tegas menjawab, “Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Jawaban yang luar biasa, hasil didikan dari ibu yang shalehah yaitu Hajar. Wallahu a’lam bish shawwab. 

Penulis: Dr. Abdul Ghofar Hadi, MA

*Tulisan ini terbit di Majalah Suara Hidayatullah edisi Juli 2021

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
22,000PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles